Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) tengah membangun infrastruktur jalan dan jembatan gantung untuk penanganan darurat bencana virus campak dan gizi buruk di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Barat.
Daerah tingkat II yang berbatasan dengan Kabupaten Mimika di sebelah barat dan Kabupaten Mappi serta Kabupaten Boven Digoel di sebelah selatan tersebut, kondisi alamnya didominasi tanah berlumpur dan rawa. Tak heran jika kemudian, rumah-rumah, termasuk jalan penghubung di Kabupaten ini pun berdiri di atas papan berbahan kayu trembesi.
Kondisi jalan papan yang sudah termakan usia puluhan tahun, tertempa terik sinar matahari dan hujan, serta menahan beban dari maraknya penggunaan motor listrik, kemudian mendorong perlunya penyesuaian dan penyempurnaan jalan dengan pengerasan beton.
Berdasarkan evaluasi kualifikasi, administrasi dan teknis, harga serta pembuktian kualifikasi oleh Kementerian PUPR Direktorat Bina Marga Balai Besar Pembangunan Jalan Nasional XVIII, WIKA kemudian ditetapkan sebagai pemenang untuk membangun infrastruktur vital di Bumi Asmat dengan skup pekerjaan, pembangunan jalan beton (pile slab) dan jembatan gantung 72 meter dalam kontrak bernomor HK.02.03/PJN – WIL.IV/PPK-IV.3/466
Beratnya medan dan bentang alam yang luar biasa lebar sangat berimplikasi pada proses perjalanan pembangunan infrastruktur di Asmat.
Manajer Proyek Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan, Eko Suranto Putro menerangkan, setidaknya terdapat tiga hal yang menjadi tantangan mendasar yang harus dijawab solutif agar proyek ini dapat selesai sesuai target.
Pertama, kondisi tanah rawa yang dijumpai di hampir seluruh daerah ini, membuat pemenuhan kebutuhan air bersih menjadi sangat sulit.
Tantangan berikutnya yang dihadapi oleh WIKA adalah bagaimana diperlukannya effort luar biasa untuk mendistribusikan material beton precast sejak diproduksi di PPB WIKA Beton Pasuruan sampai ke area di belahan dalam Asmat yang sangat terpencil.
Ketiga, dalam hubungannya dengan distribusi beton precast dari PPB WTON Pasuruan menuju titik nol lokasi pemasangan dengan memanfaatkan sungai sebagai penghubung.
“Namun demikian, ternyata sungai itu memiliki draf atau kedalaman yang rendah dan sangat terpengaruh terpengaruh arus pasang surut, sehingga hanya kapal bermuatan kecil saja yang bisa masuk,” katanya dalam keterangan pers, Sabtu (23/2).
Meski demikian, sejumlah kendala tersebut justru men-stimulan lahirnya kreativitas-kreativitas baru di tengah keterbatasan.
Untuk penyediaan air bersih terkait pengecoran beton, misalnya. Manajemen proyek dengan cekatan membuat bak-bak, kolam penampungan air hujan yang tersebar merata di lokasi proyek. Selain itu, sebagai alternatif, tim juga akan melakukan pembelian air bersih di distrik lain menggunakan kapal kayu.
Pengiriman material precast dari PPB WTON Pasuruan menuju Asmat juga bisa dicarikan solusi terbaiknya melalui kerja sama dengan ekspedisi yang kaya asam garam melayani rute Indonesia timur dengan kapal kargo berkapasitas 2.400 ton, langsung menuju Pelabuhan Agats.
Setelah tiba di Agats, material precast dipindahkan terlebih dahulu ke LCT (landing craft tank) yang kemudian masuk ke sungai menuju area pekerjaan. Sebagai catatan, pembongkaran dilakukan tidak menggunakan waktu normal sebagaimana pembongkaran barang pada umumnya. Mengingat dan mempertimbangkan material precast memiliki bobot yang berat, maka untuk memudahkan proses pemindahannya dilakukan saat kondisi sungai pasang yaitu pada rentang jam 2 dini hari.
Kemudian menjawab bagaimana mekanisme langsir precast dengan bobot yang berat ke area pemasangan di tanah yang lunak. Manajemen Proyek WIKA menerapkan dua metode efektif.
Pertama, untuk area yang kosong. Pada arena ini, tim WIKA menggunakan excavator dengan memberi dudukan kayu pada track atau lintasan excavator itu sendiri. Kedua, yaitu tim proyek berinisiasi membuat portal baja yang dapat beroperasi pada rel baja (rel dijepit pada tiang yang sudah terpancang)
“Pembangunan yang dilakukan di pedalaman Asmat menunjukkan kiprah WIKA membangun Indonesia adalah nyata adanya. Melalui pembangunan secara merata di daerah tertinggal, terluar dan terdepan seperti di Kabupaten Asmat, WIKA sejatinya menggerakkan masyarakat Asmat untuk lebih mandiri, berdaya saing, bersinergi sehingga kelak dapat berdikari,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News