Reporter: Aprillia Ika | Editor: Didi Rhoseno Ardi
JAKARTA. Motif batik memang sedang naik daun. Tak hanya baju-baju bermotif batik saja yang laku keras di pasaran. Kini, batik kayu pun turut terkerek penjualannya.
Mungkin bagi sebagian orang, batik kayu belum selazim baju atau kain batik. Batik kayu sendiri merupakan salah satu inovasi terbaru dalam kerajinan kayu. Dimana dalam kegiatan membatik, bukan kain sebagai medianya akan tetapi diganti dengan kayu. Misalkan saja ada wayang batik, nampan batik, meja, topeng batik, sandal batik, pensil batik, koaster batik dan sebagainya.
Alhasil, keindahan batik kayu tak kalah indah dari kain batik biasa. Tak heran jika para turis mancanegara menjadi tertarik untuk membelinya baik sebagai oleh-oleh tanda mata, ataupun untuk dijual kembali.
Kerajinan batik kayu dimulai di Desa Krebet, Bantul, Jogjakarta. Para perajin kayu di desa tersebut dengan sadar menambahkan batik sebagai salah satu hiasan kayu untuk menambah nilai jual produk kayu.
Tiap perajin punya desain batik yang berbeda-beda. Sehingga, ada ratusan desain yang tersedia. Desain yang terkenal antara lain desain Jlereng dan Kawang, serta desain Kembang, yang motifnya divariasi atau digabung-gabungkan. Motif tersebut merupakan motif khas Jogjakarta.
Saat ini ada sekitar 25 sanggar dan ratusan perajin di desa Krebet. Salah satunya adalah sanggar Prima Batik pimpinan bapak Mangku WB asal Bantul, Jogjakarta.
Menurut Pak Mangku, bisnis kerajinan batik kayu sangat tahan terhadap krisis global. Buktinya, saban bulan pesanan selalu mengalir datang baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri.
Pak Mangku yang terjun ke kerajinan batik sejak tahun 2000 ini pun saban bulannya bisa menikmati penghasilan bersih sampai Rp 5 jutaan. "Sanggar saya kan masih kecil. Pekerjanya juga masih sedikit. Kalau dibandingkan sanggar-sanggar lain yang lebih besar, penghasilan saya ini belum ada apa-apanya," ujarnya merendah.
Lantaran sanggarnya masih kecil, sekitar 60% produk batik kayu buatannya masih untuk konsumsi lokal. Sementara 40% lainnya sudah dipasarkan sampai ke Prancis, Jepang, Korea, Singapura, dan Malaysia.
"Biasanya, para pedagang yang datang ke Desa Krebet ini untuk berburu produk. Begitu pula dengan turis asing. Mereka biasanya menjualnya lagi," terang Pak Mangku.
Menurut Pak Mangku, perajin-perajin batik kayu di Desa Krebet tidak takut jika usahanya tersaingi. Pasalnya sampai saat ini, pembuat batik kayu hanya ada di Desa Krebet saja. "Bahkan untuk Bali pun, suvenir-suvenir itu dipasok dari Krebet," ujarnya bangga.
Rata-rata perajin batik kayu di Desa Krebet sangat rajin mengikuti pameran-pameran kerajinan serta ekspo-ekspo bertaraf nasional untuk memperkenalkan produk batik kayu ke masyarakat.
Tak heran jika peluang pemasaran batik kayu ini masih terbuka lebar. Baik untuk pasaran lokal maupun untuk pasaran internasional. Apalagi harganya juga tergolong murah meriah. Mulai dari harga Rp 8 ribuan untuk satu batik kayu ukuran paling kecil (ukuran s) dengan motif Estanji. "Yang termahal saja, ukuran L, paling hanya Rp 60 ribu," lanjutnya.
Untuk memenuhi besaran pesanan-pesanan yang terus mengalir tersebut, Pak Mangku mau tidak mau harus bekerjasama dengan sanggar lainnya. Contoh saja, Pak Mangku saban tiga bulan harus memenuhi order dari Perancis sebanyak Rp 10 juta. Itu baru satu order saja, belum order yang lainnya.
Untuk memenuhi besaran pesanan-pesanan tersebut, Pak Mangku bekerjasama dengan sanggar lainnya. "Jadi kalau sewaktu0waktu saya tidak bisa memenuhi jumlah pesanan dan tenggat waktunya, saya sub-kontrakkan," katanya.
Walaupun begitu, Pak Mangku mengaku masih giat mencari pesanan dari para pedagang. Bahkan kini, Pak Mangku sedikit terbantu dengan adanya website sanggar Prima Batik yang dibuat oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Sanata Dharma Jogjakarta sekitar lima bulan yang lalu. "Mulai sering banyak pembeli luar kota yang tertarik untuk memesan," lanjutnya.
Nah, bagi yang berminat terjun langsung ke usaha batik kayu, ada baiknya memperdalam teknik pembuatannya di Desa Krebet. Namun, bagi yang tertarik untuk memasarkannya, ada baiknya bertandang ke Desa Krebet untuk melihat-lihat ragam produk batik kayu ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News