kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PPTK siap memasok bibit teh untuk revitalisasi


Jumat, 28 Maret 2014 / 10:08 WIB
PPTK siap memasok bibit teh untuk revitalisasi
ILUSTRASI. Rekomendasi saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)


Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK Gambung), unit kerja PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN), menyiapkan 14 juta cutting (stek) bibit teh untuk tahun ini. Ini dilakukan untuk mendukung program revitalisasi teh nasional Kementerian Pertanian, yang mengalokasikan anggaran Rp 50 miliar untuk program revitalisasi.

Direktur PPTK Karyudi mengatakan, sejauh ini PPTK sudah mendapat kontrak penjualan 9,8 juta stek bibit teh untuk gabungan kelompok petani (gapoktan). Harga per  stek dibanderol Rp 225.

Karyudi menambahkan, bibit yang disiapkan PPTK sudah diakui oleh badan internasional dan mampu memproduksi sekitar 3 ton–4 ton per hektare (ha) per tahun. "Yang kami rekomendasikan adalah Gambung 7 dan 11 karena potensi produksi tinggi," katanya baru-baru ini.

PPTK lebih banyak mengembangkan jenis teh assamica karena sesuai dengan agroklimat di Indonesia dan lebih tahan cuaca kering. "Kadar kafein dan polifenolnya lebih tinggi dari jenis sinensis yang banyak ditanam di China atau Jepang," jelas Karyudi.

Sekadar informasi, PPTK telah menggaet sertifikat dari Antioxidant Society bahwa bibit teh dari PPTK mampu menghasilkan teh dengan kandungan polifenol 25%. Sementara, untuk beberapa bibit yang menghasilkan teh putih (white tea), kandungan polifenolnya mencapai 30%.

Umumnya, kata Karyudi, tanaman teh Indonesia sudah tua dan rentan terserang penyakit saat hujan dan kekeringan. "Saat hujan atau kabut ada bahaya serangan penyakit blister (penyakit jamur pada daun) untuk clone lama. Produksi jadi anjlok. Maka strategi terbaik harus mengganti clone bertahap," ujarnya.

Salah satu caranya dengan menyambung stek tanaman teh yang lebih sesuai agroklimatnya agar produktivitas naik. Catatan saja, rata-rata produksi teh nasional sekitar satu ton per ha per tahun. Sebab produktivitas lahan teh petani hanya 700 kg per ha per tahun. Sementara, kini harga teh merosot akibat melimpahnya produksi dunia. "Di hulu keuntungan rendah karena produksi rendah dan harga tidak bagus," kata Karyudi.

PPTK mengembangkan penelitian bibit teh di lahan 600 ha di Gambung (Bandung), Sarongge, dan Simalungun. Setiap ha lahan pembibitan menghasilkan 500.000 stek. Dengan penyetekan dua kali, setahun PPTK bisa menghasilkan satu juta stek per ha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×