Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Tedy Gumilar
JAKARTA. Tidak bisa mengekspor bijih nikel, kinerja PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) tahun ini tergerus. Tapi tenang, hal ini tidak akan berlangsung lama. Selain dari penjualan bijih besi, mereka bisa berharap dari bunga deposito berdenominasi dollar AS.
Tahun ini pendapatan Central Omega diprediksi hanya sebesar Rp 370,5 miliar. Sedangkan laba bersihnya sekitar Rp 115,87 miliar. Sebagai perbandingan, tahun 2013 Central Omega berhasil meraih pendapatan dan laba bersih masing-masing Rp 859 miliar dan Rp 344 miliar. Sementara volume penjualan tahun lalu sebanyak 2,43 juta ton.
Menurut Kiki Hamidjaja, Presiden Direktur Central Omega, pendapatan DKFT berasal dari penjualan konsentrat besi sebanyak 325.000 ton. Sekitar setengahnya lagi berasal dari pendapatan bunga simpanan deposito berbentuk dollar AS. Seiring pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, hasilnya cukup lumayan untuk menopang perolehan laba perusahaan. "Sekitar setengah dari dana IPO Central Omega dua tahun lalu yang sebesar Rp 1,2 triliun, ditempatkan di deposito dollar, " ujar Kiki.
Namun, penurunan kinerja Central Omega tidak akan berlangsung lama. Saat ini perusahaan itu tengah membangun smelter feronikel (FeNi) di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Investasi yang dikucurkan sebesar US$ 300 juta. Untuk tahap awal perusahaan akan melakukan investasi sebesar US$ 70 juta.
Pabrik pengolahan nikel itu ditargetkan beroperasi pada tahun 2016, dengan kapasitas produksi 320.000 Ton FeNi per tahun. "Saat ini DKFT sudah melakukan pembersihan lahan untuk smelter, mess, laboratorium dan pelabuhan. Kendalanya transportasi semen dan infrastruktur harus kami bangun dan angkut sendiri" tambah Kiki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News