kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -10.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

250.000 Ton Gula Rafinasi Merembes Saban Bulan


Rabu, 09 Juni 2010 / 10:11 WIB
250.000 Ton Gula Rafinasi Merembes Saban Bulan


Reporter: Amailia Putri Hasniawati |

JAKARTA. Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil memperkirakan volume gula rafinasi yang beredar saat ini sekitar 250.000 ton setiap bulan.

Karena gula rafinasi masih merajalela, Arum meminta aparat penegak hukum segera menindak hal tersebut mengingat gula merupakan komoditas yang harus diawasi peredarannya. Jika dibiarkan, Arum khawatir bukan hanya gula impor saja yang tidak laku, tetapi juga gula milik petani yang sebentar lagi akan beredar di pasaran setelah beberapa perusahaan gula memasuki musim giling.

Menurut staf ahli Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Colosewoko, pekan lalu, sejumlah perusahaan gula menurunkan sisa GKP impor ke pasar, tetapi tidak terserap pasar karena harganya lebih tinggi ketimbang gula rafinasi.

“Kita turunkan Rp 8.300 per kg, ternyata di grosir ada yang harganya Rp 7.300 per kg. Itu pasti gula rafinasi, karena musim giling baru saja dimulai,” katanya.

Tentu saja, kondisi tersebut akan membebani importir gula putih. Pasalnya, ketika impor GKP dilakukan, harga gula internasional memang sedang tinggi-tingginya, yaitu mencapai sekitar US$ 730 per ton atau Rp 7.300 per kg. Saat masuk ke Indonesia, setelah ditambah bea masuk, harganya menjadi lebih dari Rp 8.000 per kg. Tetapi, saat ini, harga gula di pasar global hanya sekitar US$ 471 per ton atau sekitar Rp 4.700 per kg. Wajar kalau ada usulan agar bea masuk gula dinaikkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×