kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.915.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.341   27,00   0,17%
  • IDX 7.544   12,60   0,17%
  • KOMPAS100 1.047   -4,04   -0,38%
  • LQ45 795   -5,29   -0,66%
  • ISSI 252   0,56   0,22%
  • IDX30 411   -3,03   -0,73%
  • IDXHIDIV20 472   -7,09   -1,48%
  • IDX80 118   -0,54   -0,46%
  • IDXV30 121   -0,69   -0,57%
  • IDXQ30 131   -1,32   -1,00%

Menengok Prospek Industri Alat Kesehatan di Tengah Wacana Pelonggaran TKDN Produk AS


Minggu, 27 Juli 2025 / 21:14 WIB
Menengok Prospek Industri Alat Kesehatan di Tengah Wacana Pelonggaran TKDN Produk AS
ILUSTRASI. Kemenperin memberikan apresiasi atas inisiatif kerja sama yang dijalin antara PT GE HealthCare dengan PT Forsta Kalmedic Global selaku anak perusahaan PT Kalbe Farma untuk memproduksi Computed Tomography (CT) scan berteknologi canggih.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana pelonggaran Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk produk dari Amerika Serikat (AS) kembali mengemuka. Pelonggaran TKDN bakal diberikan pada sejumlah industri, salah satunya untuk produk alat kesehatan (alkes).

Wacana pelonggaran TKDN ini sebagai bagian dari negosiasi tarif resiprokal, setelah sebelumnya Presiden AS Donald J. Trump memangkas tarif yang akan dikenakan untuk produk asal Indonesia dari 32% menjadi 19%. Pemerintah Indonesia buka suara mengenai poin-poin negosiasi tersebut.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa fasilitasi TKDN diberlakukan secara terbatas hanya bagi produk teknologi informasi dan komunikasi, data center, dan alkes dengan tetap memenuhi pengaturan impor dan dilakukan pengawasan oleh Kementerian/Lembaga teknis.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki) Erwin Hermanto mengungkapkan kekhawatiran terhadap pelonggaran TKDN untuk produk AS. Aspaki khawatir negara lain seperti China akan meminta perlakuan yang sama sehingga potensi menimbulkan persaingan yang tidak sehat di pasar alkes dalam negeri.

"Aspaki khawatir pelonggaran TKDN ini akan menjadi preseden untuk produk impor dari negara-negara lainnya dan awal dari kemunduran industri dalam negeri," ungkap Erwin kepada Kontan.co.id, Minggu (27/7/2025).

Baca Juga: Airlangga: Bebas TKDN Produk AS Hanya untuk Sektor Telekomunikasi dan Alat Kesehatan

Aspaki lebih mendorong adanya penyederhanaan regulasi. Aspaki berharap TKDN tetap bisa memberikan stimulasi bagi pertumbuhan industri di dalam negeri sehingga kertergantungan pengadaan produk alkes secara impor bisa terus terpangkas.

Erwin memberikan gambaran, impor alkes pada tahun lalu mencapai sekitar 52%. Impor alkes didominasi oleh produk berteknologi tinggi yang belum bisa dipenuhi dari manufaktur di dalam negeri.

Contohnya adalah Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computed Tomography (CT) scan. Impor produk alkes dipenuhi dari sejumlah negara seperti China, AS dan Eropa. Erwin menyampaikan, impor alkes dari AS ke Indonesia cenderung terbatas pada produk-produk teknologi tinggi atau produk inovasi.

Di luar itu, produk-produk AS kalah bersaing dengan produk dari China dan negara lain yang relatif lebih ekonomis. Dalam hal ini, Erwin pun menyoroti poin negosiasi tarif resiprokal AS - Indonesia terkait dengan pengenaan bea masuk.

Erwin melihat ada dampak positif yang berpeluang datang dari pengurangan, hingga pembebasan bea masuk produk AS ke Indonesia. Adapun sebelum negosiasi tarif resiprokal, produk alkes dari AS dikenai bea sasuk sebesar 5%-7%.

"Dengan pengurangan bea masuk bahkan menjadi nol, ekspektasi kami produk-produk alat kesehatan dari AS akan menjadi lebih murah. Tetapi tidak akan mengubah pangsa pasar produk AS secara signifikan," kata Erwin.

Baca Juga: Terancam Serbuan Produk Alkes AS, Kalbe Farma Fokus Bangun Kapabilitas Produksi Lokal

Prospek Industri Alkes Dalam Negeri

Meski masih mendominasi pengadaan produk alkes, tapi Erwin menyampaikan bahwa porsi impor sudah mengalami penurunan signifikan. Dia memberikan gambaran secara historis sebelum era covid-19, porsi impor dalam pengadaan e-katalog pernah mencapai 92%.

"Secara angka, impor masih di atas 50%. Tapi dalam beberapa tahun terakhir ada penurunan yang cukup signifikan. Impor lebih banyak pada produk berbasis teknologi tinggi yang belum ada produksinya di dalam negeri. Tapi kita juga sudah mulai beranjak ke arah sana," ungkap Erwin.

Menurut Erwin, salah satu faktor yang memangkas impor produk alkes adalah implementasi Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Percepatan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri. Inpres ini menjadi stimulus yang mendorong penyerapan produk dalam negeri, terutama pada pengadaan barang pemerintah.

Selain itu, sejumlah pelaku usaha di industri alkes memacu manufaktur di dalam negeri. Contohnya PT Drager Indonesia yang telah meluncurkan fasilitas produksi ventilator pada pertengahan bulan lalu.

Kementerian Perindustrian pun menyambut investasi manufaktur alkes tersebut. Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza memproyeksikan kebutuhan alkes dalam negeri akan terus meningkat. Didorong oleh pertumbuhan penduduk, dinamika epidemiologi, serta ekspansi fasilitas layanan kesehatan.

Seiring proyeksi pertumbuhan itu, manufaktur alkes di dalam negeri menjadi penting. Faisol mencontohkan ventilator yang termasuk ke dalam sepuluh besar produk alkes dengan nilai impor tertinggi sekitar US$ 68,4 juta pada tahun 2024, atau meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Juga: Peluang & Tantangan Industri Alat Kesehatan Memangkas Impor dan Memacu Pasar Domestik

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) tak ketinggalan untuk memacu manufaktur alkes di dalam negeri. KLBF melalui anak usahanya, PT Forsta Kalmedic Global menggandeng GE HealthCare Technologies Inc. untuk mengembangkan fasilitas produksi CT Scan pertama di Indonesia, yang telah diresmikan pada awal Juni 2025. 

Head of Corporate External Communication Kalbe Farma, Hari Nugroho mengungkapkan KLBF menggandeng mitra strategis dengan perusahaan multi nasional supaya bisa mendapatkan transfer teknologi. KLBF melakukan transformasi model bisnis yang dimulai dengan fasilitas produksi benang bedah. 

Beberapa alkes yang telah diproduksi antara lain mobile x-ray, dialyzer, dan suture. KLBF juga mengeksplorasi beberapa pipeline produk seperti ultrasonografi (USG), endoscopy, dan hemodialysis machine. KLBF ingin mendongkrak kontribusi dari segmen bisnis ini.

Peluang itu terbuka lebar lantaran kontribusi bisnis alkes baru sekitar 5% terhadap total bisnis distribusi dan logistik KLBF. "Untuk outlook pertumbuhan medical device secara keseluruhan kami targetkan bisa bertumbuh high single digit," ungkap Hari.

Baca Juga: Pelaku Industri Alat Kesehatan Khawatirkan Dampak Penurunan Tarif Produk AS ke RI

Direktur PT Haloni Jane Tbk (HALO) Taufan Kurniawan turut melihat pangsa pasar produk alkes dalam negeri masih cukup besar. Secara khusus, Taufan menegaskan bahwa produsen sarung tangan medis masih sangat mampu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. 

Dia berharap pemerintah dapat memberikan pengawasan terhadap produk-produk impor, serta dukungan lebih terhadap produsen alkes dalam negeri. "Dukungan Pemerintah terhadap pelaku usaha sarung tangan seperti kami akan berdampak langsung terhadap industri perkebunan karet dan para petani kecil," ungkap Taufan. 

Tak hanya mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, pelaku industri sarung tangan medis bahkan bisa memperluas ekspansi ke luar negeri. "Pangsa pasar sangat luas untuk dijajaki. Kami telah melakukan ekspor terutama ke negara Amerika Latin dan negara-negara Timur Tengah. Saat ini kami sedang menjajaki Afrika Selatan," tandas Taufan.

Baca Juga: Industri Alat Kesehatan Berjuang Pangkas Impor dan Pacu Pasar Domestik

Selanjutnya: Kemenperin dan HKI Susun Penguatan Regulasi untuk Tarik Investasi di Kawasan Industri

Menarik Dibaca: Makna Lagu Terbuang Dalam Waktu dari Barasuara, Soundtrack Film Sore

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×