Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Hasil sensus sapi potong, sapi perah dan kerbau yang dilakukan pada 1 Juni 2011 hingga 30 Juni 2011 lalu diumumkan Jumat(12/8). Badan Pusat Statistik(BPS) mencatat terdapat 14.805.053 ekor sapi potong dan 597.135 ekor sapi perah. Sensus juga mencatat terdapat 1.305.016 ekor kerbau pada masa sensus Juni 2011.
Menteri Pertanian Suswono mengatakan hasil sensus ini memberikan optimisme untuk mencapai swasembada karena melebihi perkiraan pemerintah yaitu 13,1 juta ekor sapi potong tahun ini, meskipun ia belum optimistis Indonesia swasembada daging. Suswono mengharapkan dengan jumlah populasi yang besar ini, para importir daging menekan jumlah impor dan menyerap daging produksi dalam negeri.
“Importir kan inginnya sama-sama untung, kalau ini bisa untung beli di dalam negeri kenapa harus jauh-jauh dari luar negeri,” kata Suswono dalam acara Rilis Hasil Awal Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau(PSPK) 2011 di Kementerian Pertanian, Jakarta, Jumat(12/8).
Namun menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) Thomas Sembiring mengatakan hasil sensus tersebut belum membuat Indonesia bisa mengurangi kebutuhan impor daging. Soalnya dari jumlah populasi tersebut, yang siap potong hanya 1,425 juta ekor sapi jantan dewasa.
Jika seekor sapi memiliki bobot daging 180 kg, jumlah ini setara dengan 256.500 ton daging. Padahal untuk tahun 2011 saja kebutuhan daging sapi mencapai 424.000 ton. Populasi 6,668 juta ekor sapi betina dewasa tak seluruhnya siap dipotong. Soalnya menurut UU No 18 tahun 2009 mengenai Peternakan dan Kesehatan Hewan, sapi betina dewasa produktif tak boleh dipotong.
“Data ini kan jumlah Juni dan sudah dipotong berapa selama ini, lalu untuk betinanya yang produktif dan tidak produktif belum tahu,” kata Thomas ketika ditemui di tempat yang sama.
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana mengatakan langkah yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan pelaku usaha adalah menghitung kembali total permintaan daging dan ketersediaan pasokan lokal. Soalnya, pemerintah dan pengusaha meragukan angka konsumsi daging sapi Indonesia yang diperkirakan 1,7 kg per kapita per tahun.
Perbedaan konsumsi 0,5 kg saja untuk Indonesia yang berpenduduk 240 juta jiwa akan menaikkan kebutuhan sapi potong hingga 666.666 ribu ekor. Teguh mengatakan angka yang ada saat ini baru menunjukkan kuantitas populasi sapi, belum menyangkut kualitas daging yang diproduksi
“Permintaan sekarang kan tidak sesederhana dulu, lebih spesifik. Makanya kualitas daging juga perlu diperhitungkan,” kata Teguh ketika dihubungi kemarin.
Thomas mengatakan saat ini konsorsium sapi sedang merancang kurikulum dan sertifikasi butcher atau pemotong daging sapi. Ini terkait dengan kebutuhan akan kualitas daging tertentu seperti prime cut dan secondary cut untuk restoran dan konsumsi para ekspatriat.
Teguh menyarankan agar pemerintah dan pelaku usaha mengembangkan rumah pemotongan hewan di daerah-daerah agar importir bisa menyerap produksi daging dari daerah. Ini akan lebih mudah dan murah ketimbang mengangkut hewan ternak hidup dari daerah untuk dipotong di Jabodetabek, daerah konsumen daging sapi terbesar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News