Reporter: Riset Kontan, SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
"Ini dulu yang harus diperhatikan, bagaimana mereka terbiasa belanja online. Kalau bisa tidak pakai mikir karena murah dan cepat," ujar Zaky.
Kini, Bukalapak menjelma menjadi unicorn Indonesia bernilai US$ 2.5 miliar. Mereka ingin menjadi e-commerce unicorn pertama yang meraih break even point (BEP) atau bahkan keuntungan dalam waktu dekat.
Baca Juga: PP 80/2019 terkait PMSE terbit, begini tanggapan Bukalapak
Menjadi perusahaan e-dagang yang menghasilkan keuntungan (financially sustainable e-commerce) penting bagi Bukalapak yang memasuki tahun ke-10. Dan, siap menghasilkan kenaikan dalam monetisasi produk atau program serta memperkuat profitabilitas.
Laba kotor Bukalapak di pertengahan 2019 juga naik tiga kali lipat dibanding periode sama pada 2018. Mereka juga berhasil mengurangi setengah kerugian dari EBITDA selama Januari-Agustus 2019.
“Kami memulai Bukalapak dengan semangat pribadi untuk menciptakan dampak positif bagi UMKM. Saya bangga, dalam waktu 10 tahun, Bukalapak dikenal di peta dunia sebagai e-commerce Indonesia yang terkemuka," ujar Zaky dalam pernyataan tertulis, Senin (9/12).
Baca Juga: Startup unicorn Indonesia bisa belajar soal transisi kepemimpinan ke Alibaba
Sebagai tempat bagi lebih dari lima juta UMKM di seluruh Indonesia serta 2,5 juta toko kelontong dan agen individual Bukalapak sudah mempertajam fokus pada strategi jangka panjang dalam rangka menjadi bisnis yang berkelanjutan (sustainable).
“Visi dan kepemimpinan Zaky yang luar biasa telah membawa Bukalapak sejauh ini," kata Fajrin Rasyid, President dan Co-Founder Bukalapak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News