Reporter: Riset Kontan, SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
Menurut lelaki 33 tahun ini, awal merintis Bukalapak tidak ada investor yang tertarik untuk mendanai situs e-commerce yang baru dia rintis. Ia juga kesulitan mencari karyawan.
"Saat itu, banyak orang yang tak percaya akan prospek bisnis tersebut," sebut Zaky yang berulang tahun setiap tanggal 24 Agustus.
Baca Juga: Ini produk paling laris di Bukalapak selama Harbolnas
Namun, Zaky tetap meyakini bisnisnya bisa berkembang. Dari awal, ia sudah membidik pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) sebagai seller Bukalapak.
Dia melihat, sektor UMKM di Indonesia kurang menjadi perhatian. Padahal, UMKM merupakan kegiatan ekonomi masyarakat yang memberi konribusi besar terhadap perekonomian nasional.
Di awal-awal Bukalapak berdiri, Zaky mengaku bekerja tanpa mengenal waktu. Bangun pagi hari dan bekerja hingga larut malam terus ia jalani setiap hari.
Baca Juga: Harbolnas, Bukalapak luncurkan kampanye Kalap 12.12 dengan total diskon Rp 50 miliar
Bahkan, tak jarang dia sampai harus menginap di kantor. Maklum, ketika itu belum ada karyawan yang bersedia bergabung di Bukalapak.
Jerih payahnya tidak sia-sia. Saat meluncur, Bukalapak mendapat sambutan positif dari masyarakat. "Animo masyarakat besar sekali, yang join banyak," ujar Zaky.