kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Achmad Zaky mundur, ini kisahnya merintis Bukalapak


Senin, 09 Desember 2019 / 20:22 WIB
Achmad Zaky mundur, ini kisahnya merintis Bukalapak
ILUSTRASI. Achmad Zaky, CEO dan Pendiri Bukalapak


Reporter: Riset Kontan, SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Achmad Zaky mundur sebagai chief executive officer (CEO) Bukalapak. Mulai 6 Januari 2020, ia tidak lagi menjadi nakhoda perusahaan e-commerce yang dia dirikan itu.

Zaky termasuk salah seorang pelopor di industri e-commerce lokal. Lewat kerja kerasnya, ia berhasil membangun situs perdagangan elektronik bertajuk Bukalapak pada 2010 lalu.

Berasal dari keluarga sederhana, tidak lantas membuat pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah, ini minder untuk mewujudkan keinginan membangun sesuatu yang berguna bagi banyak orang.

Baca Juga: Achmad Zaky mundur, Bukalapak punya CEO baru

Mahasiswa lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini berhasil membuat situs e-commerce yang bisa mewadahi pelaku UMKM untuk memasarkan produknya sampai seluruh Indonesia dengan biaya rendah.

Zaky merintis Bukalapak bersama temannya, Nugroho Herucahyono. Sebelum mendirikan Bukalapak, Zaky dan Nugroho sejatinya sudah punya perusahaan bernama Suitmedia.

Mereka menyediakan jasa kreatif konsultasi untuk perusahaan rintisan atau startup. Zaky dan Nugroho lalu merintis bisnis e-commerce dengan modal yang mereka kumpulkan dari Suitmedia.

Baca Juga: Achmad Zaky mundur, begini fokus Bukalapak di bawah CEO baru

Saat itu, keduanya hanya memiliki modal Rp 200 juta untuk membangun usaha itu. Uang tersebut Zaky dan Nugroho pakai untuk pembuatan website, sewa tempat, dan membeli peralatan kantor.

Keputusannya terjun ke bisnis e-commerce termasuk berani. Sebab kala itu, belum ada pemain e-commerce di Indonesia. "Iklimnya juga tidak semeriah sekarang," kata Zaky kepada Kontan awal 2015 lalu.

Menurut lelaki 33 tahun ini, awal merintis Bukalapak tidak ada investor yang tertarik untuk mendanai situs e-commerce yang baru dia rintis. Ia juga kesulitan mencari karyawan.

"Saat itu, banyak orang yang tak percaya akan prospek bisnis tersebut," sebut Zaky yang berulang tahun setiap tanggal 24 Agustus.

Baca Juga: Ini produk paling laris di Bukalapak selama Harbolnas

Namun, Zaky tetap meyakini bisnisnya bisa berkembang. Dari awal, ia sudah membidik pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) sebagai seller Bukalapak.

Dia melihat, sektor UMKM di Indonesia kurang menjadi perhatian. Padahal, UMKM merupakan kegiatan ekonomi masyarakat yang memberi konribusi besar terhadap perekonomian nasional.

Di awal-awal Bukalapak berdiri, Zaky mengaku bekerja tanpa mengenal waktu. Bangun pagi hari dan bekerja hingga larut malam terus ia jalani setiap hari.

Baca Juga: Harbolnas, Bukalapak luncurkan kampanye Kalap 12.12 dengan total diskon Rp 50 miliar

Bahkan, tak jarang dia sampai harus menginap di kantor. Maklum, ketika itu belum ada karyawan yang bersedia bergabung di Bukalapak.

Jerih payahnya tidak sia-sia. Saat meluncur, Bukalapak mendapat sambutan positif dari masyarakat. "Animo masyarakat besar sekali, yang join banyak," ujar Zaky.

Di tahun pertama Bukalapak berdiri, Zaky berhasil mengumpulkan 10.000 users. Sejak awal, ia memang aktif mengajak pelaku UMKM untuk jualan di situsnya. "Saya rajin promosi lewat sosial media Facebook," imbuhnya.

Selain itu, dia juga kerap mengajak mereka satu per satu lewat personal message. Hal itu Zaky lakukan setiap hari selama berbulan-bulan.

Baca Juga: Cermati.com gandeng Bukalapak luncurkan fitur pengajuan kartu kredit online

Sedikitnya, ada 100 orang yang menerima personal message darinya. Zaky mengungkapkan, cara itu sangat efektif menjaring pelaku UMKM untuk masuk ke Bukalapak.

Saban hari, ada saja pelaku UKM yang bergabung. "Buat mereka juga nothing to lose, free, kok, tinggal jualan saja, dan memang terbukti setiap hari terus bertambah grafiknya," ungkap dia.

Selang berjalan beberapa bulan, Bukalapak mulai memiliki karyawan berjumlah delapan orang. Meski begitu, bukan pekerjaan mudah bagi Zaky.

Baca Juga: Merasa berpengalaman, Bukalapak ingin menjadi penyalur KUR

Tantangan lain baginya dalam membangun Bukalapak adalah membuat masyarakat percaya untuk belanja di situs e-commerce besutannya itu. "Bikin orang percaya itu tidak mudah," kata zaky.

Lalu, masyarakat Indonesia belum terbiasa menggunakan internet. Tambah lagi, orang Indonesia rata-rata belum memiliki akun bank, sehingga sulit untuk belanja secara online.

"Ini dulu yang harus diperhatikan, bagaimana mereka terbiasa belanja online. Kalau bisa tidak pakai mikir karena murah dan cepat," ujar Zaky.

Kini, Bukalapak menjelma menjadi unicorn Indonesia bernilai US$ 2.5 miliar. Mereka ingin menjadi e-commerce unicorn pertama yang meraih break even point (BEP) atau bahkan keuntungan dalam waktu dekat.

Baca Juga: PP 80/2019 terkait PMSE terbit, begini tanggapan Bukalapak

Menjadi perusahaan e-dagang yang menghasilkan keuntungan (financially sustainable e-commerce) penting bagi Bukalapak yang memasuki tahun ke-10. Dan, siap menghasilkan kenaikan dalam monetisasi produk atau program serta memperkuat profitabilitas.

Laba kotor Bukalapak di pertengahan 2019 juga naik tiga kali lipat dibanding periode sama pada 2018. Mereka juga berhasil mengurangi setengah kerugian dari EBITDA selama Januari-Agustus 2019.

“Kami memulai Bukalapak dengan semangat pribadi untuk menciptakan dampak positif bagi UMKM. Saya bangga, dalam waktu 10 tahun, Bukalapak dikenal di peta dunia sebagai e-commerce Indonesia yang terkemuka," ujar Zaky dalam pernyataan tertulis, Senin (9/12).

Baca Juga: Startup unicorn Indonesia bisa belajar soal transisi kepemimpinan ke Alibaba

Sebagai tempat bagi lebih dari lima juta UMKM di seluruh Indonesia serta 2,5 juta toko kelontong dan agen individual Bukalapak sudah mempertajam fokus pada strategi jangka panjang dalam rangka menjadi bisnis yang berkelanjutan (sustainable).  

“Visi dan kepemimpinan Zaky yang luar biasa telah membawa Bukalapak sejauh ini," kata Fajrin Rasyid, President dan Co-Founder Bukalapak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×