kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Acset Indonusa Catatkan Kerugian Hingga 89,16% di Kuartal III/2024, Ini Penyebabnya


Kamis, 31 Oktober 2024 / 15:40 WIB
Acset Indonusa Catatkan Kerugian Hingga 89,16% di Kuartal III/2024, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. ACSET Indonusa. Acset Indonusa, perusahaan kontruksi mengalami peningkatan kerugian bersih yang signifikan pada kuartal III/2024.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Acset Indonusa Tbk (ACST), perusahaan konstruksi yang terafiliasi dengan Grup Astra, mengalami peningkatan kerugian bersih yang signifikan pada kuartal III/2024. 

Perseroan mencatat rugi bersih sebesar Rp286,07 miliar, meningkat 89,16% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp151,61 miliar. 

Walaupun mengalami peningkatan kerugian, ACST berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan. Pendapatan bersih pada kuartal III/2024 mencapai Rp2,11 triliun, naik 33,57% dari kuartal yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,58 triliun. 

Pendapatan ini diperoleh dari kontribusi berbagai segmen, termasuk jasa konstruksi dari pihak ketiga sebesar Rp1,36 triliun dan jasa penunjang konstruksi Rp226,99 miliar. Kontribusi dari pihak berelasi terdiri dari jasa konstruksi sebesar Rp487,73 miliar dan jasa penunjang konstruksi sebesar Rp28,54 miliar.

Baca Juga: Musim Dividen Interim Grup Astra Dimulai, Investor Asing Sudah Masuk Mengincar Cuan

Meskipun pendapatan meningkat, beban pokok pendapatan turut mengalami kenaikan yang signifikan. Pada kuartal III/2024, beban pokok mencapai Rp2,16 triliun, meningkat 38,60% dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1,56 triliun. 

Beban ini mencakup berbagai pengeluaran, termasuk biaya subkontraktor, bahan baku, tenaga kerja, biaya overhead, sewa alat, penyusutan, jasa profesional, provisi, dan persediaan.

Direktur ACST, David Widjaja, menjelaskan bahwa kerugian yang dialami perusahaan terutama disebabkan oleh kenaikan biaya operasional yang cukup besar dan kendala dalam penyelesaian salah satu proyek yang mengalami keterlambatan. 

"Meskipun kami mencatatkan pertumbuhan revenue sebesar 34%, kerugian tetap terjadi di sektor operasional dan gross profit karena meningkatnya biaya operasional," ujar David dalam paparan publik, Kamis (30/10).

David menyebutkan bahwa ke depan, ACST berencana untuk meningkatkan perolehan proyek baru yang diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. 

Fokus utama perusahaan dalam beberapa waktu mendatang adalah proyek-proyek yang berkaitan dengan fasilitas kesehatan, data center, serta pekerjaan sipil di area pertambangan, yang menjadi salah satu kompetensi inti perusahaan.

Di samping upaya mencari proyek baru, ACST juga berfokus pada pengelolaan arus kas operasional untuk menutup kewajiban yang ada dan memastikan kelancaran proyek yang sedang berlangsung. "Kami tetap mendukung kelancaran proyek agar dapat diselesaikan sesuai dengan target yang telah disepakati," pungkas David.

Baca Juga: Prospek Investasi di Kabupaten Tangerang Usai Akses Baru ke Tol Tangerang Dibangun

Selanjutnya: HOKI Perkuat Jaringan Distribusi guna Tingkatkan Penjualan Beras Putih & Dailymeal

Menarik Dibaca: 6 Film Horor Gore Terbaru Penuh Adegan Sadis, Berani Nonton?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×