kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada gelembung gas Blok ONWJ, pemerintah fokuskan pengamanan sekitar lokasi


Kamis, 18 Juli 2019 / 17:45 WIB
Ada gelembung gas Blok ONWJ, pemerintah fokuskan pengamanan sekitar lokasi


Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menginformasikan munculnya gelembung gas di sekitar anjungan lepas pantai YYA, Blok Minyak dan Gas (Migas) Offshore North West Java (ON?WJ) yang terletak sekitar 2 kilometer (Km) dari Pantai Utara Jawa, Karawang, Jawa Barat.

Hal ini diungkapkan Vice President Relations PHE Ifki Sukarya dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id. "Telah terjadi well-kick pada 12 Juli 2019 pada sumur (re-aktivasi) YYA-1, kami telah mengaktifkan Incident Management Team (ITM) untuk penanggulangan kejadian," sebut Ifki.

Lebih jauh Ifki mengungkapkan, prioritas utama yang ditempuh yakni memastikan keselamatan karyawan yang berada di anjungan dan menara pengeboran (rig), masyarakat lingkungan sekitar serta pengamanan di sekitar lokasi kejadian.

Asal tahu saja, proyek YY merupakan salah satu proyek yang semula ditargetkan rampung pada tahun ini dengan estimasi produksi minyak sebesar 4.065 barrel oil per day  (BOPD) dan produksi gas bumi mencapai  25,5 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Langkah kordinasi juga ditempuh PHE ONWJ dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM, serta sejumlah instansi terkait.

Pada kesempatan berbeda, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Migas Djoko Siswanto membenarkan kabar tersebut. "Tim Kementerian ESDM sudah berada di lokasi sejak pekan lalu," ungkap Djoko di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (17/7).

Langkah penanganan yang dilakukan yaitu melalui pengeboran miring untuk menutup sumber keluarnya gelembung gas yang berpotensi menimbulkan dampak lanjutan. "Risiko yang paling fatal adalah rig tenggelam tapi sekarang baru miring 8 derajat," ungkap Djoko.

Lebih jauh Djoko menyebut saat ini sudah ada tumpahan minyak (oil spill) ke laut. Djoko memastikan pihaknya terus berupaya mencegah minyak tersebar lebih jauh dengan membuat pembatas dengan oil bloom. "Seperti pelampung, minyak akan terbatas, begitu minyak keluar ditangkap, angkat dan bereskan," tandas Djoko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×