Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek gasifikasi batubara menjadi dimethylether (DME) terus bergulir. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan segera menandatangani perjanjian final kontrak bersama mitra lainnya, yakni PT Pertamina dan Air Porduct.
Sekretaris Perusahaan PTBA Hadis Surya Palapa mengungkapkan, perjanjian tersebut mengatur tentang semua rencana transaksi, harga batubara dan biaya proses dari pengoperasian proyek tersebut. Rencananya, perjanjian itu akan ditandatangani pada akhir bulan ini.
Baca Juga: Dorong hilirisasi batubara, Kementerian ESDM akan berikan sejumlah insentif
Sayangnya, Hadis masih enggan membuka detail porsi dari ketiga perusahaan tersebut. "(Porsi investasi) sesuai perannya masing-masing. Secara teknis demikian (diteken bulan ini), namun kami juga ingin dilakukan dalam momen yang baik," katanya saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (3/3).
Yang jelas, kata Hadis, skema pengoperasian proyek DME itu ialah penyediaan teknologi dari Air Product, PTBA menjamin pasokan batubara, sementara Pertamina bersama PTBA akan menjadi off takers dari produk DME tersebut. Untuk itu, Hadis pun masih tak menutup kemungkinan akan membentuk anak usaha patungan atau joint venture (JV).
"Skema umumnya demikian. Untuk off takers bisa saja Pertamina atau JV dengan PTBA, masih didetailkan," jelasnya.
Sebelumnya dikabarkan, penandatangan perjanjian final kerjasama tersebut tertunda lantaran terkendala efek virus corona. Namun, Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin, mengklaim bahwa proses bisnis maupun proyek DME ini tidak terganggu dan masih sesuai jadwal.
"Kalau yang kemarin tertunda itu masalah administrasi saja, tapi progresnya jalan terus. Jadi saya tegaskan, gasifikasi ini nggak ada kaitan dengan corona. Proyek jalan terus, secara bisnis tidak terganggu sama sekali," terangnya saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (3/3).
Baca Juga: Harga batubara masih lemah, Bukit Asam (PTBA) lakukan diversifikasi bisnis
Lebih lanjut, Arviyan mengatakan, sampai proyek DME berfokus di Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Hingga kini, proses pengerjaan proyek akan memasuki tahap engineering procurement construction (EPC). Pabrik DME yang memiliki nilai investasi sekitar US$ 2,3 miliar ini ditargetkan bisa beroperasi pada 2024.
"Produk utamanya DME, selain itu kita juga buat Etanol," jelasnya.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) targetkan proyek gasifikasi batubara beroperasi akhir 2023
Arviyan mengatakan, pihaknya pun sudah dapat kesepakatan harga batubara sebagai bahan baku DME tersebut. Menurutnya, harga batubara ini akan lebih murah, berkisar di angka US$ 20 per ton.
"Kesepakatannya sekitar segitu (US$ 20 per ton), supaya kompetitif, kita bicara biaya dan nilai tambang," katanya.
Hal itu sesuai dengan apa yang pernah disebutkan oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif. Menurut Arifin, sebagai insentif untuk mendorong investasi DME, pemerintah akan mengenakan harga khusus bagi batubara yang akan menjadi bahan baku gasifikasi. Harganya, berkisar di angka US$ 20 - US$ 21 per ton.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) belum akan akusisi tambang batubara dalam waktu dekat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News