Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) atau AE melaporkan perolehan pendapatan perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi alias Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) sebesar US$ 635 juta di semester I 2021, naik 36% dibandingkan perolehan periode sama tahun sebelumnya.
Dengan capaian itu, ADRO mencatatkan marjin EBITDA operasional 41% berdasarkan hitungan perusahaan.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer ADRO Garibaldi Thohir mengatakan, pasokan batubara yang ketat di pasar mendorong kenaikan serta menopang harga batu bara yang tinggi di semester I 2021. Pasokan batubara yang ketat itu didorong oleh ketidakmampuan negara-negara pemasok utama batubara dalam memenuhi permintaan yang sedang tinggi.
“Harga batu bara mencapai titik tertinggi dalam beberapa tahun terakhir dan dengan demikian memungkinkan AE membukukan profitabilitas yang baik pada periode ini,” kata Garibaldi dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (31/8).
Baca Juga: Media Nusantara Citra (MNCN) merombak jajaran komisaris dan direksi
Sebenarnya, ADRO mencatatkan penurunan volume produksi dan volume penjualan batubara di semester I 2021 gara-gara volume curah hujan dan jumlah jam hujan pada bulan Mei dan Juni yang lebih tinggi daripada perkiraan.
Dalam catatan ADRO, produksi batubara di semester I 2021 mencapai 26,49 juta ton atau 3% lebih rendah dibanding semester I 2020, sementara penjualan batubara pada semester I 2021 mencapai 25,78 juta ton,atau turun 5% dibanding semester I 2020.
Adapun realisasi pengupasan lapisan penutup mencapai sebesar 115,22 Mbcm pada semester I 2021 atau naik 12% yoy dengan nisbah kupas mencapai 4,35x pada periode tersebut.
Meski begitu, hambatan pasokan global yang menopang kenaikan harga batubara global juga menyebabkan kenaikan harga jual rata-rata alias average selling prices (ASP) bagi ADRO. Manajemen mencatat, kenaikan ASP ADRO mencapai 25% secara tahunan atau year-on-year (yoy) di semester I 2021.
Baca Juga: Masih karena pandemi, kinerja Tourindo Guide (PGJO) lesu hingga semester I 2021
Seturut kenaikan ASP, pendapatan usaha ADRO mengalami kenaikan sekitar 15% yoy menjadi US$ 1,56 miliar di semester I 2021. Sebelumnya, pendapatan usaha ADRO tercatat sebesar US$ 1,36 miliar di semester I 2020 lalu.
Bersamaan dengan pendapatan yang bertumbuh, beban pokok pendapatan ADRO naik 2% yoy menjadi US$ 1,06 miliar di semester I 2021. Faktor pendorongnya antara lain karena kenaikan biaya penambangan yang diikuti oleh kenaikan harga bahan bakar maupun pembayaran royalti sebagai akibat kenaikan ASP.
Meski begitu, beban usaha ADRO pada semester I 2021 1H21 turun 12% yoy menjadi US$ 86 juta seiring adanya penurunan sebesar 14% pada beban umum dan administrasi. Walhasil, berdasarkan catatan internal perusahaan, ADRO mengantongi laba inti sebesar US$ 330 juta pada semester I 2021, naik sekitar 45% dibanding realisasi laba inti semester I 2020.
Sebagai catatan penting, laba inti tidak memasukkan komponen non operasional setelah pajak, di antaranya adalah rugi derivatif instrumen keuangan, rugi penurunan nilai pinjaman kepada pihak berelasi, rugi penurunan nilai aset tetap, dan rugi penurunan nilai investasi pada perusahaan patungan terkait investasi pada aset batubara berkalori rendah di Kalimantan Timur.
“Walaupun kondisi pasar membaik, AE akan terus mempertahankan disiplin dan fokusnya pada keunggulan operasional serta efisiensi di sepanjang rantai pasokan batu baranya yang terintegrasi secara vertikal,” tegas Garibaldi.
Pada sepanjang semester I 2021 lalu, ADRO merealisasikan belanja modal bersih sebesar US$ 74 juta, turun 35% dibanding realisasi periode sama tahun lalu. Pengeluaran belanja modal pada periode ini terutama digunakan untuk pembelian dan penggantian alat berat dan biaya pemeliharaan untuk kapal.
Selanjutnya: Semester I, Nusantara Infrastructure (META) bukukan laba bersih Rp 24,22 miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News