Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang semester I-2022, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) sukses meraih pertumbuhan kinerja. Faktor kontrak baru dan adanya proyek carry over tahun 2021 menjadi pendorong tumbuhnya kinerja ADHI.
Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), ADHI melaporkan telah meraih pendapatan sebesar Rp 6,3 triliun atau naik sebesar 42,3% dibandingkan periode yang sama di tahun 2021 sebesar Rp 4,4 triliun.
ADHI mencetak laba kotor sebesar Rp 699,3 miliar. Sementara sisi bottom line, ADHI mencetak laba selama semester I Tahun 2022 sebesar Rp 10,2 miliar atau naik sebesar 24% dari laba bersih periode yang sama tahun 2021 yang lalu sebesar Rp 8,3 miliar.
Baca Juga: Kinerja Adhi Karya (ADHI) Tumbuh Positif, Ini Penjelasan Manajemen
Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya Tbk Farid Budiyanto mengatakan, peningkatan laba bersih ini mengindikasikan ADHI tetap bertumbuh di tengah kondisi pemulihan Covid-19 dan dampak kenaikan harga bahan baku. Selain itu, beberapa faktor telah memicu pertumbuhan kinerja ADHI, hingga semester pertama tahun ini.
"Tumbuhnya kinerja karena didorong percepatan proyek-proyek carry over 2021 dengan meningkatkan produktivitas di proyek tersebut. Dan juga, kontribusi konsolidasi lini bisnis investasi & konsesi pada sisi pendapatan lain-lain," kata Farid saat dihubungi Kontan, Senin (22/8).
Seperti diketahui, ADHI mengungkapkan bahwa tahun ini target kontrak baru senilai Rp 24 triliun- Rp 28 triliun. Optimisme ini karena adanya pergeseran kontrak baru di tahun 2021 dari beberapa proyek pembangunan jalan tol dengan nilai sekitar Rp 9 triliun. ADHI tercatat sudah memperoleh kontrak baru sebesar Rp 12,2 triliun hingga enam bulan pertama 2022.
"Dan ke depannya dengan adanya peningkatan perolehan kontrak baru yang signifikan akan menjaga pertumbuhan berkelanjutan ADHI," jelas Farid.
Dari sisi cash in pada semester I 2022, ADHI pun melaporkan telah menerima realisasi pembayaran untuk pekerjaan dua proyek besar yang sedang dikerjakan antara lain Proyek LRT Jabodebek Fase I sebesar Rp 1,6 triliun (termasuk PPN) dari Pemerintah melalui PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Selain itu, ADHI juga mendapatkan cash in dari pekerjaan proyek Jalan Tol Sigli-Banda Aceh sebesar Rp 1,2 triliun (termasuk PPN) dari PT Hutama Karya (Persero).
"Pembayaran kedua proyek besar tersebut diharapkan dapat meningkatkan likuiditas ADHI untuk mendukung percepatan penyelesaian proyek-proyek ADHI khususnya Proyek Strategis Nasional," tambah Farid.
Aset ADHI pada semester I 2022 terpantau mencapai Rp 39,2 triliun. Liabilitas ADHI pada semester I tahun 2022 mencapai Rp 33,2 triliun, atau turun dibandingkan akhir tahun 2021 yang mencapai Rp34,2 triliun.
Sedangkan ekuitas ADHI pada semester I 2022 sebesar Rp 6,1 triliun atau naik 7,2% dibandingkan dibandingkan akhir tahun 2021 yang mencapai Rp 5,7 triliun. Kenaikan ekuitas tersebut diakui salah satunya berasal dari IPO Anak Usaha ADHI, yaitu PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP) pada bulan Februari 2022.
"Penurunan liabilitas dan kenaikan ekuitas di semester I tahun 2022 ini mengindikasikan ADHI tengah berupaya untuk terus melakukan penguatan struktur permodalan dan mengendalikan rasio likuiditas," pungkas Farid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News