kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

AEKI: Target produksi kopi 1 juta ton mustahil


Selasa, 01 Agustus 2017 / 17:43 WIB
AEKI: Target produksi kopi 1 juta ton mustahil


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Dessy Rosalina

JAKARTA. Rencana Kementerian Pertanian menjadikan Indonesia sebagai produsen kopi terbesar kedua di dunia dianggap tidak mungkin dilakukan.

Pasalnya, pelaku industri mengalami kesulitan untuk menaikkan produksi kopi di Indonesia dari 691.000 ton menjadi 1 juta ton di tahun ini bila tidak dilakukan peningkatan produktivitas kebun kopi.

Pranoto Soenarto, Wakil Ketua Umum Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) mengungkap, rencana pemerintah untuk menambah lahan seluas 200 hektare di Kalimantan belum bisa menambah produksi kopi. Menurutnya, dibutuhkan waktu setidaknya 2 – 3 tahun supaya pohon-pohon tersebut membuahkan hasil.

“Penambahan lahan yang pasti membantu, karena ada pohon dan buahnya. Tetapi itu butuh waktu 2 – 3 tahun. Tidak bisa langsung ditanam langsung berbuah. Yang paling penting itu produktivitas dulu yang ditingkatkan, tidak hanya sekedar menambah lahan,” ujar Pranoto kepada KONTAN, Selasa (1/8).

Pranoto juga mengungkap, produksi 1 juta ton per tahun baru bisa dicapai apabila dilakukan beragam upaya seperti melakukan peremajaan kebun kopi serta memberikan penyuluhan kepada para petani.

Pranoto mengatakan, saat ini terdapat beragam LSM di masyarakat yang dipengaruhi oleh non-govermental organizations (NGO). Dia bilang, banyaknya LSM tersebut membuat petani kebingungan karena cara perawatan kopi yang diberikan berbeda-beda.

“Yang saya lihat, saat ini banyak NGO asing yang masuk ke LSM-LSM Indonesia. LSM itu puluhan dan apa yang dia bilang berbeda-beda. Petani juga bingung harus melakukan apa karena masing-masing memiliki pendapat sendiri. Petani harus diarahkan dengan penyuluhan yang jelas, bagaimana supaya hasilnya lebih baik,” terang Pranoto.

Menurut Pranoto, tidak dibutuhkan anggaran yang besar bila semua pemilik kepentingan saling bekerja sama untuk memperbaiki produksi kopi Indonesia. Hal tersebut bisa dilakukan dari petani, pedagang seperti eksportir dan importir, hingga pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×