Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berencana melakukan lelang frekuensi 1,4 GHz. Tujuannya, mewujudkan internet cepat bisa menembus 100 mbps dan harga berkisar Rp 100.000-an.
Komdigi mengalokasikan spektrum frekuensi 1,4 GHz untuk layanan broadband wireless access (BWA) bagi penyelenggara jaringan tetap lokal berbasis packet-switched. Akses internet ini nantinya fokus di wilayah dengan tingkat penetrasi layanan internet masih terbatas atau belum ada penetrasi sama sekali.
Pengamat Telekomunikasi, Kamilov Sagala mengatakan, mengandalkan frekuensi 1,4 GHz untuk menciptakan internet cepat dan murah itu sulit. Menurut mantan Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) tersebut, saat ini lebih dari 1.100 operator telekomunikasi pemegang lisensi jaringan tetap lokal telah membangun jaringan optik di perumahan di berbagai wilayah di Indonesia.
Ia mengakui, masih ada wilayah yang belum tersedia operator jaringan serat optik. Nah, untuk membangun jaringan fiber optik di daerah dengan tingkat keamanan rendah dan kondisi geografis menantang, membutuhkan biaya yang sangat tinggi.
"Sehingga mustahil operator BWA pemenang frekuensi 1,4Ghz memberikan harga layanan 100 Mbps dengan Rp 100.000-an,. Kalau backhaul menggunakan Starlink tetap saja mahal. Belum lagi jika kita mengkritisi kemampuan finansial operator BWA tersebut untuk membangun BTS di daerah terpencil dan tak menguntungkan," ujar Kamilov dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/2).
Baca Juga: Angin Segar Emiten Telko dari Alokasi Pita Frekuensi 6 GHz
Lelang frekuensi 1,4 Ghz untuk mengisi ceruk daerah yang belum tersedia operator jaringan serat optik memang bagus. Namun rekam jejak membuktikan, ketika lisensi BWA atau FWA dilelang pemerintah, tak ada jaminan operator telekomunikasi mau membangun di daerah yang belum ada jaringan fiber optik dan di daerah yang tak menguntungkan.
Secara natural, Kamilov menjelaskan, pelaku bisnis akan memprioritaskan usahanya di daerah yang menguntungkan. Ia mencontohkan, Starlink, yang awalnya dijanjikan untuk wilayah 3T, tapi lebih banyak dipasarkan di rumah dan apartemen kota-kota besar.
"Sehingga muncul pertanyaan, apakah tujuan operator BWA tersebut benar-benar untuk mendukung pemerataan layanan telekomunikasi murah? Atau hanya ingin mengapitalisasi spektrum frekuensi yang mereka kuasai?" tanya Kamilov.
Agar tak merusak industri telekomunikasi, Kamilov menyarankan Komdigi dapat memprioritaskan lelang frekuensi 700 MHz untuk memenuhi kebutuhan layanan broadband. Dengan demikian, operator dapat memberikan harga yang terjangkau dengan kualitas terbaik dalam lelang 700 MHz, Komdigi harus mempertimbangkan biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi yang lebih murah dibandingkan lelang sebelumnya.
Jika tetap melelang 1,4 Ghz dikhawatirkan tujuan pemerintah memberikan pemerataan layanan telekomunikasi yang murah tak akan tercapai. "Nantinya ujung-ujungnya perusahaan BWA itu ngak mampu membayar PNBP dan mati serta mengembalikan frekuensi," ucap Kamilov.
Selanjutnya: IHSG Naik 0,14% ke 6.623 di Sesi I Jumat (14/2), ARTO, TLKM, ANTM Top Gainers LQ45
Menarik Dibaca: Harga Emas Hari Ini Stabil Mendekati Rekor, Sudah Naik 12% Tahun Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News