kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.684.000   -8.000   -0,47%
  • USD/IDR 16.379   -5,00   -0,03%
  • IDX 6.606   73,67   1,13%
  • KOMPAS100 983   14,84   1,53%
  • LQ45 772   9,61   1,26%
  • ISSI 202   2,60   1,31%
  • IDX30 399   4,60   1,16%
  • IDXHIDIV20 481   6,60   1,39%
  • IDX80 112   1,41   1,28%
  • IDXV30 117   1,27   1,10%
  • IDXQ30 132   1,54   1,18%

ALFI Sebut Konektivitas Infrastruktur Sangat Penting dalam Mendorong EBT


Rabu, 12 Februari 2025 / 10:50 WIB
ALFI Sebut Konektivitas Infrastruktur Sangat Penting dalam Mendorong EBT
ILUSTRASI. Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yukki Hanafi


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mendukung program Pemerintah melalui Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk bertransformasi mengembangkan enegri terbarukan. 

Ketua Dewan Pembina ALFI, Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan pengembangan infrastruktur yang mendukung energi terbarukan merupakan kunci dalam transisi energi menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Pasalnya, banyak sumber energi terbarukan di Indonesia berada di daerah yang relatif kurang terjangkau, khususnya di Indonesia Timur.

"Namun, dalam kaitan ini, diperlukan investasi yang tidak sedikit guna pengembangan infrastruktur, khususnya infrastrutur transportasi dan konektivitas logistiknya dalam menunjang industri energi terbarukan," jelas Yukki dalam keterangannya, Rabu (12/2).

Menurut Yukki, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan. Dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, seperti matahari, angin, air, dan geotermal, posisi Indonesia strategis untuk meningkatkan ketahanan energi serta mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. 

Baca Juga: Bauran Energi Surya Digeber dalam RPP KEN, Target Capai 32% di Tahun 2060

Dia bilang, wilayah seperti Nusa Tengggara Timur (NTT) dengan curah hujan yang lebih sedikit dibanding dengan daerah lainnya sangat cocok untuk pengembangan solar energi melalui pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Sedangkan di wilayah Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat, memiliki potensi angin yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi energi angin.

“Indonesia memiliki banyak sungai dan wilayah dengan ketinggian yang cocok untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Dan hal yang paling potensial adalah pengembangan geotermal,” ujarnya. 

Yukki melihat potensi tersebut belum sepenuhnya dimaksimalkan. Salah satu tantangan utamanya adalah infrastruktur transportasi dan logistik yang belum optimal di daerah-daerah tersebut.

Pengembangan infrastruktur transportasi, ujar Yukki, sangat krusial karena sangat diperlukan mulai dari ekplorasi hingga pengembangan dan distribusi hasilnya memerlukan infrastruktur transportasi yang memadai. 

"Padahal, banyak lokasi dengan potensi energi terbarukan berada di daerah terpencil, sehingga pembangunan akses jalan dan infrastruktur transportasi lainnya sangat penting untuk mempermudah pembangunan pembangkit listrik dan distribusinya," jelasnya.

Baca Juga: Jejak Ekspansi Grup Barito Kembangkan Bisnis Bersama Partner Global

Yukki juga menggarisbawahi bahwa kebutuhan infrastruktur transportasi tidak hanya untuk eksplorasi, tetapi juga untuk medukung proses distribusi nantinya guna mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 8%.

“Salah satu aspek utama dalam pengembangan energi terbarukan adalah memastikan bahwa energi yang dihasilkan dapat didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia demi kepentingan seluruh masyarakat," papar Yukki.

Pemerintah Indonesia telah mencanangkan sejumlah kebijakan untuk mendukung pengembangan energi terbarukan, seperti Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan target penurunan emisi gas rumah kaca. 

Untuk mencapai tujuan ini, menurut Yukki, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat penting. Yukki merekomendasikan tiga Langkah strategis untuk mencapai hal tersebut. Pertama, pemberian  insentif untuk menarik investasi di sektor energi terbarukan, seperti insentif pajak, subsidi pembelian teknologi, atau kemudahan perizinan.

Kedua, kemitraan pemerintah-swasta. Pengembangan infrastruktur energi terbarukan memerlukan modal besar, oleh karena itu diperlukan kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta melalui skema kemitraan agar dapat membantu mempercepat pembangunan infrastruktur.

Ketiga, peningkatan sumber daya manusia. “Pengembangan SDM yang memiliki keahlian dalam teknologi energi terbarukan juga sangat penting untuk memastikan keberlanjutan dan pengelolaan infrastruktur yang dibangun.” pungkas Yukki.

Selanjutnya: MSCI Lakukan Rebalancing Index, Begini Pengaruhnya ke IHSG

Menarik Dibaca: Cap Go Meh Makin Meriah dengan Tanaman Ini! Berikut Makna Simbolisnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×