kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.660.000   -10.000   -0,60%
  • USD/IDR 16.280   55,00   0,34%
  • IDX 6.743   -132,96   -1,93%
  • KOMPAS100 996   -6,22   -0,62%
  • LQ45 785   7,24   0,93%
  • ISSI 204   -4,64   -2,22%
  • IDX30 407   4,40   1,09%
  • IDXHIDIV20 490   7,18   1,49%
  • IDX80 114   0,52   0,46%
  • IDXV30 118   0,81   0,69%
  • IDXQ30 135   1,91   1,44%

Bauran Energi Surya Digeber dalam RPP KEN, Target Capai 32% di Tahun 2060


Jumat, 07 Februari 2025 / 20:41 WIB
Bauran Energi Surya Digeber dalam RPP KEN, Target Capai 32% di Tahun 2060
ILUSTRASI. Petugas mengecek kondisi panel tenaga surya di Pasa Ateh (Pasar Atas), Bukittinggi, Sumatera Barat, Senin (24/8/2020). Pemkot Bukittinggi melakukan pemeliharaan berkala instalasi hemat energi yang dimiliki Pasa Ateh agar tetap berfungsi dengan baik, di antaranya panel tenaga surya yang bisa menghemat listrik sampai 20 persen serta pengolahan air limbah dan air hujan. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/wsj.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tengah menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang baru.

Dalam rancangan ini, energi surya menjadi sektor energi baru terbarukan (EBT) dengan target peningkatan bauran energi tertinggi.

Sebagai informasi, RPP KEN mencakup sembilan jenis energi di sektor EBT yang akan ditingkatkan pemanfaatannya mulai tahun 2030.

Selain energi surya, energi lainnya meliputi hidro, angin, biomassa, panas bumi, biogas, bahan bakar nabati, nuklir, serta energi baru terbarukan lainnya.

Baca Juga: Porsi Energi Surya di RPP KEN Bertambah, Sky Energy (JSKY) Akui Pengaruhi Investasi

Potensi Besar Energi Surya

Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai bahwa Indonesia memiliki potensi energi surya yang jauh lebih besar dibandingkan target yang ditetapkan dalam RPP KEN.

"Potensi ini terlihat dari intensitas sinar matahari dan luas wilayah yang tersedia. Energi surya tidak hanya bergantung pada intensitasnya, tetapi juga pada ketersediaan lahan untuk pemasangan," ujar Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (7/2).

Selain itu, dari sisi teknologi, energi surya terus mengalami perkembangan dan kini menjadi sumber energi dengan biaya paling murah.

"Setelah tahun 2030, biaya pembangkitan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) plus baterai baru akan lebih murah dibandingkan biaya operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang sudah tua. Ini menjadikan PLTS sebagai opsi yang semakin kompetitif," tambahnya.

Baca Juga: RPP KEN Tekan Peran Batubara, IMA Sebut Potensi Ekspor Makin Tinggi

Keunggulan lain dari PLTS adalah modularitasnya, yang memungkinkan pemasangan di berbagai permukaan, seperti tanah, air, atap, dan bangunan.

Senada dengan Fabby, Direktur Energy Shift Institute, Putra Adhiguna, menyebutkan bahwa harga teknologi PLTS telah turun sekitar 90% dalam 10 tahun terakhir.

Ia juga menekankan pentingnya pengembangan PLTS rumah tangga untuk mendukung pencapaian target bauran energi surya dalam RPP KEN.

"PLTS rumah tangga memiliki potensi besar untuk menambah bauran energi nasional. Namun, pertumbuhannya masih terbatas jika harganya sulit bersaing dengan listrik berbasis batu bara yang disubsidi," ujarnya.

Baca Juga: RPP KEN Tekan Peran Batubara, IMA Sebut Potensi Ekspor Makin Tinggi



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×