Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Edy Can
JAKARTA. PT Ciomas Adisatwa akan menaikkan produksi ayam broiler sekitar 14,4 juta ekor hingga 19,5 juta ekor. Tahun 2011 lalu, produksi ayam broiler anak perusahaan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) ini berkisar 120 juta hingga 130 juta ekor ayam.
Senior Vice President Head Of Broiler Division Ciomas Achmad Dawami menerangkan, peningkatan produksi ini dilakukan dengan bekerjasama dengan 300 hingga 400 peternak plasma lagi. Hingga 2011, Ciomas Adisatwa telah bekerja sama dengan 4.000 peternak plasma yang memproduksi 88% ayam pedaging mereka.
Dengan cara ini, Ciomas Adisatwa tak perlu mengeluarkan investasi yang besar. Soalnya, untuk menaikkan produksi sejuta ekor akan menelan biaya investasi kandang dan peralatan peternakan kurang lebih Rp 20 miliar.
"Kalau bekerja sama dengan peternak kami hanya menyediakan sarana produksi ternak. Nanti hasil produksinya kami beli dengan harga kontrak. Kalau harga pasar di bawah kontrak, peternak tidak rugi tetapi kalau harga pasar di atas harga kontrak, kami berikan tambahan 30% dari selisih harga kepada peternak," kata Achmad ketika dihubungi KONTAN, Minggu(29/1).
Ciomas Adisatwa memasok bibit ayam, pakan dan obat untuk peternak plasma. Sebaliknya, peternak menyediakan peralatan dan kandang. Achmad mengatakan peternak idealnya memiliki kapasitas kandang 5000 ekor atau bisa memproduksi 30.000 ekor ayam per tahun.
Namun Achmad mengeluhkan saat ini peternak plasma kesulitan menaikkan kapasitas produksi karena tidak memiliki modal untuk memperbesar kapasitas kandang. "Seharusnya perbankan memberikan kredit untuk peternak ayam menaikkan kapasitas produksi sehingga produksi ayam bisa naik dan konsumsi ayam bisa meningkat. Ini akan memperbaiki gizi negara," kata Achmad.
Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Ruri Sarasono mengatakan kerja sama inti plasma ini membantu membuka lapangan pekerjaan. Selain itu juga membantu peternak rakyat mendapat pendidikan yang baik mengenai manajemen ternak.
Pengembangan ini menurut Ruri juga meningkatkan akses rakyat kepada sumber gizi yang baik. Namun dia mengingatkan bahwa peternak perlu didampingi dalam membuat perjanjian kerja sama dengan pihak yang mengerti hukum agar jika terjadi kerugian, tak seluruhnya dibebankan kepada peternak rakyat. "Pemasaran juga kadang kurang transparan, padahal sekarang banyak penjualan dengan credit nota alias diskon," kata Ruri, Senin(30/1).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News