kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Anak usaha PLN uji coba bahan bakar sampah di PLTU Lontar


Rabu, 28 April 2021 / 23:03 WIB
Anak usaha PLN uji coba bahan bakar sampah di PLTU Lontar
ILUSTRASI. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lontar Extension 1x315MW saat pembangunan, di Desa Lontar, Tangerang, Banten, Jumat (29/3/2019)


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PLN melalui anak usahanya, PT Indonesia Power (IP), bekerja sama dengan Pemerintah Kota Tangerang melakukan pengembangan pemanfaatan jumputan padat hasil olahan dari sampah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing, Kota Tangerang.

Dalam kerja sama tersebut, jumputan padat olahan hasil olahan sampah yang didapat bakal digunakan sebagai biomassa pengganti batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lontar.

“Dalam key performance indicator korporat itu ada co-firing, artinya program ini harus dilaksanakan tahun ini sampai seterusnya nanti, dan saya sebagai dewan komisaris ingin memastikan langsung ke pilot nya yaitu di Tangerang ini,” ungkap Komisaris Utama PLN, Amien Sunaryadi saat melakukan kunjungan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing di Kota Tangerang, Rabu (28/04) sebagaimana dikutip dari siaran pers.

Baca Juga: Wow, selain dapat harga US$ 10,15 cent per kWh, pengembang PLTS bakal dapat insentif

Bahan bakar jumputan padat adalah bahan bakar berasal dari limbah (sampah) yang telah melalui proses pemilahan dan homogenisasi menjadi ukuran butiran kecil atau dibentuk menjadi pelet. Nantinya, butiran kecil atau pelet inilah yang bakal digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil.

Proses pengolahan jumputan memanfaatkan teknologi biodrying atau melalui teknologi maggot. Catatan saja, teknologi biodrying adalah dekomposisi zat organik secara parsial dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh mikroorganisme dibantu aerasi untuk menghilangkan kelembapan.

Sementara itu, teknologi maggot adalah dekomposisi zat organik dengan memanfaatkan belatung lalat Black Soldier Fly (BSF).

Melalui kerja sama ini, sampah di TPA Rawa Kucing bakal diolah menjadi biomassa substitusi batu bara sebagai bahan bakar PLTU melalui proses-proses di atas.

Komposisi sampah di TPA Rawa Kucing ini terdiri dari sampah berbasis kayu  (Wood Chips), sampah pasar (tradisional/induk) dan sampah perkotaan/rumah tangga (Municipal Solid Waste/ MSW).

IP bersama Pemkot Tangerang akan melakukan uji coba pertama dengan beberapa variasi komposisi campuran sampah untuk memperoleh pellet Solid Recovered Fuel (SRF) atau Refused Derived Fuel (rdf) terbaik. Pemanfaatan ini diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan sampah di Kota Tangerang.

Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN, Ikhsan Asaad mengatakan bahwa program co-firing ini akan terus dievaluasi, sebab program ini merupakan jalan yang baik untuk keluar dari permasalahan sampah dan juga untuk mendorong Renewable Energy.

Baca Juga: Pemkot Tangerang dan Indonesia Power teken kerja sama cofiring PLTU

“Saat ini pellet masih dihargai senilai 85 % dari harga batubara. Tetapi ini akan kami evaluasi ke depan. Hal ini seiring dengan semangat kita mendorong percepatan peningkatan penggunaan EBT, karena ini sampahnya diolah menjadi pelet biomassa untuk mensubstitusi batubara sebagai bahan bakar PLTU,” jelas Ikhsan.

Wali Kota Tangerang, Arief R. Wismansyah menyampaikan apresiasinya kepada PLN dan IP yang telah membantu memecahkan permasalahan sampah di Kota Tangerang.

Ia bilang, Pemkot Tangerang akan melakukan pengembangan kelompok masyarakat (community development) dan memfasilitasi komersialisasi pasokan bahan bakar jumputan padat.

“Mudah-mudahan dengan penelitian dan ujicoba ini dan kalo kita lihat hasilnya yang sudah terbukti menjadi RDF yang dapat digunakan sebagai pengganti batubara namun kajian ini akan terus kita kembangkan,” tutur Arief.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×