kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

AP3I: Identitas eksportir bijih nikel tidak jelas


Senin, 10 Juli 2017 / 09:58 WIB
AP3I: Identitas eksportir bijih nikel tidak jelas


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Mineral Indonesia (AP3I) gelisah. Mereka memandang, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberikan rekomendasi ekspor bijih nikel kepada dua perusahaan yang tidak jelas.

Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Mineral Indonesia (AP3I) Jonatan Handjojo bilang, kedua perusahaan yang telah direkomendasikan ekspor, yaitu PT Dinamika Sejahtera Mandiri dan PT Ceria Nugraha Indotama hanya ingin menumpang ekspor. Ekspor Dinamika Sejahtera sebanyak 2,7 juta ton dan Ceria Nugraha 2,3 juta ton.

Pembukaan pintu ekspor ini, ujarnya, jadi kesempatan bagi para perusahaan tidak jelas tersebut. "Mereka mengajukan permohonan ke ESDM untuk ekspor nikel ore sebanyak-banyaknya. Soal harus membangun smelter bisa direka-reka," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (9/7).

Jonatan mengatakan, sampai saat ini belum ada yang mengetahui identitas kedua perusahaan tersebut. Dia menuding, ekspor ekspor kedua perusahaan tersebut hanya untuk kebutuhan selama enam bulan.

Nah, setelah pemerintah melakukan evaluasi, mereka tidak akan membangun smelter.  "Selama enam bulan, kalau bisa ekspor 2,7 juta ton nikel ore sudah cukup mendapatkan uang. Soal setelah dievaluasi oleh Kementerian ESDM  di bulan keenam lalu diputuskan dihentikan, bagi mereka  sudah lumayan. Sudah mendapat uang dulu," jelasnya. Dengan kata lain, ada indikasi keduanya trader.

Dengan kegiatan ekspor itu, kata Jonatan, pemerintah sama saja menghancurkan harga nikel di London Metal Exchange (LME). Padahal di semester II tahun lalu harga masih  senilai US$ 11.000 per ton. Kini tinggal di rentang  US$ 8.000 per ton - US$ 9.000 per ton. "Ini juga yang membantu Tiongkok menghancurkan smelter-smelter di Indonesia," tandasnya.

Selain harga jatuh, pada bulan Juni lalu ada sekitar 13 smelter yang berhenti operasi. Saat ini sudah terdapat 17 smelter yang menghentikan operasional mereka.

Sementara Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Bambang Susigit menjelaskan, rekomendasi ekspor tersebut sesuai permohonan rekomendasi perusahaan tersebut, termasuk rencana pembangunan   proyek smelter. "Mereka bukan termasuk grup perusahaan besar," kata dia.

Menurut dia, rekomendasi ESDM berbeda-beda. Dinamika Sejahtera Mandiri mendapatkan ekspor 2,7 juta ton selama satu tahun. Perusahaan ini akan membangun smelter berkapasitas 7 juta ton di Kalimantan Barat (Kalbar).

Sementara Ceria Nugraha Indotama mendapat rekomendasi 2,3 juta ton selama setahun dengan kapasitas smelter 5 juta ton di Makasar. "Baik nikel maupun bauksit, dikenakan bea keluar bila ekspor sebesar 10%," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×