Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Gandum sebagai komoditas alternatif bagi masyarakat dianggap pengusaha perlu dikembangkan di Indonesia. Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) menilai, berbagai langkah terobosan dan konsistensi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dalam hal pemuliaan tanaman gandum layak diapresiasi. Apalagi sejak tahun 2004, UKSW sudah bisa mandiri dalam hal pengadaan benih bahkan hasil panen sudah menjadi kegiatan usaha.
Franciscus Welirang, Ketua Umum Aptindo, seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (9/9) mengatakan, panen kali ini merupakan panen yang ke-17, yang diawali dengan pemberian bantuan benih dari Bogasari bernama benih Gandum 2000 Bogasari. Dari mulai panen perdana tahun 2000 sampai tahun 2003, hasil panen digunakan untuk kebutuhan riset. Lalu sejak tahun 2004 hasil panen semakin membaik dan tidak lagi hanya untuk kebutuhan riset, tapi juga untuk kegiatan usaha.
"Bahkan sejak tahun 2005. UKSW sudah mampu membina kemitraan dengan petani lokal dengan memberikan bantuan benih. Antara lain kemitraan petani di Kopeng, Banjarnegara, dan Boyolali,” jelas Franky yang juga Direktur Indofood.
Pada tahun 1998, melalui program beasiswa penelitian “Bogasari Nugraha” PT Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari menyelenggarakan sayembara penelitian berbasis gandum dan tepung terigu. “Tim pakar Bogasari Nugraha pun dikirim ke Pusat Gandum India menjajagi kerja sama. Melalui MoU antara Departemen Pertanian RI dan Departemen Pertanian India, Bogasari boleh merilis benih gandum dari India ke Indonesia dengan nama DWR162,” ujarnya.
Uji tanam oleh para peneliti di kampus-kampus tersebut menuai hasil dalam beberapa kali panen di tahun 2000 – 2005. Program upaya penanaman gandum itu dinamakan Gandum 2000 Bogasari, sesuai tahun panen perdananya. Dan, hingga tahun 2016 ini yang masih konsisten dalam pengembangan tanaman dan rutin melakukan panen setiap tahun gandum hanya UKSW Salatiga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News