kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asaki menanti penetapan safeguard keramik India dan Vietnam


Senin, 10 Agustus 2020 / 08:58 WIB
Asaki menanti penetapan safeguard keramik India dan Vietnam
ILUSTRASI. Pekarja mengamati wall ceramic sebelum proses pembakaran akhir di pabrik Roman Ceramic Balaraja Banten, Kamis (9/3). Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mencatat sudah ada enam pabrik keramik di Pulau Jawa yang stop produksi karena kalah ber


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Industri Keramik Indonesia (Asaki) berharap Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bisa segera menetapkan bea masuk tindakan pengamanan (BMTP) alias safeguard terhadap produk keramik dari India dan Vietnam.

Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto menilai, proses penetapan BMTP oleh Kemenkeu terbilang lambat, sebab Kementerian Perdagangan telah menyampaikan rekomendasi untuk mengeluarkan India dan Vietnam dari daftar negara yang mendapat pengecualian pengenaan safeguard pada lampiran Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 119/PMK.010/2018 tentang pengenaan BMTP terhadap impor produk ubin keramik pertengahan Februari 2020 lalu.

“Langkah selanjutnya tinggal penetapan BMTP atau safeguard oleh Menkeu. Seharusnya paling lambat akhir Maret penetapan BMTP sudah selesai,”’ ujar Edy dalam pesan singkat, Minggu (9/8).

Baca Juga: Kinerja Intikeramik Alamasri Industri (IKAI) tertekan di semester I-2020

Keresahan Asaki bukannya tanpa alasan. Pasalnya, di tengah kondisi pandemi corona (covid-19) asosiasi mencatat angka impor keramik di sepanjang semester I 2020 hanya mengalami penurunan sebesar 2% dibanding periode sama tahun lalu, padahal angka penjualan keramik dalam negeri pada periode yang sama mengalami penurunan yang lebih dalam hingga 25% dibanding semester I tahun 2019 lalu.

Hal ini salah satunya dipicu oleh impor keramik India yang melejit hingga 57% secara tahunan atau year-on-year (yoy) di periode yang sama.

Edy khawatir, kondisi serupa masih akan berlanjut apabila BMTP tidak segera ditetapkan, sebab negara-negara Teluk dan Eropa sudah mulai menerapkan BMTP antidumping terhadap produk-produk keramik dari India dengan rata-rata tambahan bea masuk sebesar 60% sejak pertengahan Juni 2020 lalu.

Pada kondisi yang demikian, Indonesia berpotensi menjadi ‘sasaran empuk’ pengalihan penjualan produk-produk keramik India dalam jumlah yang masif, apalagi produk-produk India memiliki harga yang lebih kompetitif pasca penurunan harga gas industri hingga ke harga  US$ 2,5 per mmbtu sejak April 2020 lalu.

Menurut Edy, penetapan BMTP terhadap keramik India dan Vietnam yang lambat oleh Kemenkeu menghambat efektivitas upaya-upaya seperti pemberian stimulus penurunan harga gas ke level US$ 6 per mmbtu oleh pemerintah yang dilakukan dalam rangka memperkuat industri keramik dalam negeri.

“Safeguard India dan Vietnam menjadi kunci utama pemulihan dan penguatan industri keramik,” kata Edy.

Baca Juga: Diskon Harga Gas Industri Memacu Efisiensi Pabrik Hingga 6,5%-9%

Kendati demikian, sembari menanti penetapan BMTP, Asaki menyatakan akan terus berupaya memaksimalkan pemanfaatan stimulus penurunan harga gas yang telah diberikan untuk memaksimalkan pasar yang ada. Rencananya, Asaki akan menggenjot ekspor ke Australia dan Korea Selatan.

Asal tahu, saat ini sekitar 80% anggota Asaki di Sumatera dan Jawa Bagian Barat telah menikmati implementasi penurunan harga gas industri ke harga US$ 6 per mmbtu yang tertuang dalam KepmenESDM No. 89K/2020.

Sementara itu, sekitar 20% anggota Asaki sisanya di Jawa Bagian Timur masih menunggu selesainya letter of agreement antara PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dengan produsen hulu yang diharapkan bisa terealisasi penuh paling lambat September.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×