Reporter: Agung Hidayat | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) menilai pelemahan pasar bisnis tekstil dan produk tekstil (TPT) akan mempengaruhi capaian kinerja perseroan di tahun ini. Untuk itu perseroan fokus menatap prospek kinerja di tahun depan dengan beberapa strategi.
Salah satunya, mendorong penjualan produk bernilai tambah, khususnya di segmen medis. "Kami telah menambah portofolio untuk bahan baku tekstil medis yang dipergunakan di baju APD, masker dan perlengkapan lainnya. Produk tersebut telah digunakan di berbagai rumah sakit," ujar Ravi Shankar, Direktur Utama POLY saat paparan publik virtual perseroan, Selasa (8/12).
Kontribusinya sampai akhir tahun ini diakui Ravi masih kecil, kurang lebih 8% dari total pendapatan perseroan. Namun mengingat penerapan protokol kesehatan masih berlanjut hingga tahun depan, POLY optimistis kontribusi produk TPT medis di tahun depan bakal mencapai 20% dari total penjualan saat itu.
Baca Juga: Dewata Freight International (DEAL) bidik kontrak baru
Selain produk medis, perusahaan juga akan mendorong pengembangan produk tekstil bernilai tambah untuk kebutuhan otomotif dan produk ramah lingkungan. Secara keseluruhan di tahun 2021, Ravi memperkirakan pasar komoditas TPT secara umum baru bisa pulih di kuartal kedua tahun depan.
Sehingga perseroan memproyeksikan penjualan bersih tahun 2021 hanya berkisar US$ 350 juta. Jumlah tersebut jika dibandingkan dengan perolehan penjualan tahun 2019 yang mencapai US$ 396,68 juta masih tergolong lebih rendah.
Adapun di tahun ini perseroan belum memberikan prediksi pendapatan bersihnya sampai akhir tahun. Yang jelas sampai dengan kuartal ketiga tahun 2020 POLY membubuhkan penjualan bersih US$ 181,24 juta atau turun 42% secara tahunan.
"Pandemi berdampak kepada penjualan, dimana terdapat penurunan permintaan dari perusahaan tekstil yang biasanya membeli dari kami," terang Ravi.
Baca Juga: Pakuwon Jati (PWON) diprediksi pimpin industri properti tahun depan
Bahkan menurut manajemen beberapa pabrik yang mendapatkan bahan baku dari POLY sempat tutup dan tak beroperasi lantaran ketidakstabilan ekonomi selama wabah ini berlangsung.
Selain itu, kata Ravi, impor produk TPT dengan harga murah juga masih menghambat penyerapan produk lokal. Perseroan memperkirakan sampai akhir tahun impor tersebut masih akan meningkat, hal ini menyebabkan perseroan sulit bersaing di tengah gempuran barang murah tersebut.
Oleh karena itu perusahaan berharap impor tersebut dapat dibatasi oleh regulasi yang menyokong industri. Dikarenakan situasi masih penuh tantangan, maka Ravi mengatakan bahwa perusahaan akan terus mendorong efisiensi dengan cost saving di berbagai lini dan mendorong keberadaan produk bernilai tambah.
Baca Juga: Medco Energi (MEDC) ditaksir merugi hingga akhir 2020, ini kata Hilmi Panigoro
Diharapkan tahun depan perusahaan bisa membukukan laba bersih kisaran US$ 4 juta - US$ 5 juta dengan prediksi EBITDA kisaran US$ 18 juta di tahun 2021. POLY juga masih berkutat dengan isu restrukturisasi utang, yang menurut Ravi diharapkan dapat rampung di tahun depan pula.
Dari sisi volume produksi, untuk produk polymer POLY memproduksi sebanyak 168 ribu ton di kuartal ketiga tahun ini. Jumlah tersebut masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebanyak 231 ribu ton.
Penurunan juga dialami oleh produk staple fiber dan filament yarn di kuartal ketiga tahun ini dengan volume produksi masing-masing 75 ribu ton dan 72 ribu ton. Dimana pada periode yang sama tahun lalu, volume produksi masing-masing produk TPT itu tercatat sebanyak 106 ribu ton dan 100 ribu ton.
Selanjutnya: Induk usahanya jual saham Greenfields, apa dampaknya ke kinerja Japfa Comfeed (JPFA)?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News