Reporter: Bernadette Christina | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Asosiasi Distributor Daging Indonesia (ADDI) meminta pemerintah tidak buru-buru mengizinkan penambahan impor daging masuk bulan September ini. Dengan begitu, harga daging di pasar lokal yang saat ini masih bagus tidak terganggu.
Ahmad Hadi, Sekretaris Jenderal Asosiasi Distributor Daging Indonesia (ADDI), menyarankan impor daging sebaiknya masuk pada bulan Oktober. Jika masuk sekarang, pasokan akan berlebih karena stok daging di gudang masih ada. Dus, akan mengganggu harga daging.
Kemarin (7/9) Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kemtan) Prabowo Respatyo Caturroso mengungkapkan, Kementerian Koordinator Perekonomian telah menyetujui jumlah tambahan kuota impor sebesar 28.000 ton pada akhir Agustus 2011. Dengan begitu, total kuota impor daging sapi tahun ini mencapai 100.000 ton.
Pemerintah memberikan izin pada September ini karena surat pemberitahuan pemasukan (SPP) harus diajukan sebulan sebelum daging diterima. Ia menambahkan, impor tambahan itu memang dilakukan untuk bulan Oktober sampai Desember 2011.
Menurut dia, sampai dengan Agustus lalu kuota impor daging sapi baru terpakai sekitar 60.000 ton dari total kuota sebelumnya yang sebesar 72.000 ton. Namun ia memperkirakan sisa kuota sebesar 12.000 ton akan segera habis. “Sekarang stok daging hanya cukup sampai pertengahan Oktober,” kata Prabowo ketika ditemui usai rapat koordinasi pangan di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Rabu (7/9).
Harga daging sapi sendiri sudah mulai melandai ketika dibandingkan harga menjelang Lebaran. Di tingkat eceran, harga daging kini menjadi Rp 65.000 per kg dari yang sebelumnya sekitar Rp 70.000-75.000 per kg. Sementara di tingkat pedagang, harga daging Rp 60.000 per kg dari sekitar Rp 65.000.
Meski sedikit turun, ia melihat harga daging sapi masih cukup baik. “Saat ini harga sedang bagus, harga timbang hidup di petani naik jadi Rp 23.000 per kg hingga Rp 24.000 per kg dari sebelumnya Rp 21.000 per kg,” ungkap Hadi ketika dihubungi, kemarin (7/9). Petani pun bisa menikmati keuntungan karena permintaan dan pasokan daging seimbang.
Meski harga bagus, secara umum masih wajar. Tahun ini pergerakan harga cukup stabil. Prediksi harga akan melonjak ke Rp 80.000 -
Rp 100.000 per kg saat Lebaran ternyata tidak terjadi.
Ketua Umum ADDI Suharjito mengatakan, harga sapi tidak naik gila-gilaan karena konsumen memiliki alternatif. Ia mengamati saat harga daging tinggi, konsumen beralih mengonsumsi ikan.
Mengenai soal harga ini Prabowo bilang impor sapi bakalan atau calon sapi potong yang kurang dari target justru membuat para petani menikmati harga daging yang membaik. Sebab, guna memenuhi kebutuhan daging, rumah potong akhirnya bersedia menyerap pasokan sapi
potong lokal.
Sekadar mengingatkan, impor sapi bakalan pada bulan Juni merosot karena Australia melarang ekspor sapinya ke Indonesia. Seharusnya, sapi bakalan yang masuk Juni bisa dipotong pada Agustus dan September.
Prabowo mencatat, hingga akhir Agustus lalu sapi bakalan yang masuk baru sejumlah 285.543 ekor sapi. Padahal pemerintah menghitung kebutuhan sapi bakalan tahun ini mencapai 600.000 ekor. Untuk menutup kekurangan daging sapi ini, akhirnya pemerintah menambah impor daging.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News