Sumber: TribunNews.com | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk melakukan pengembangan usaha dengan membangun pabrik baru, guna memenuhi kebutuhan obat-obatan dan produk herbal yang terus meningkat.
Pabrik kelima BUMN Farmasi ini dibangun di kawasan industri Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dengan investasi mencapai Rp 978 miliar.
"Pabrik di Banjaran ini kita rancang dengan kapasitas sekitar 3,6 miliar tablet per tahun, atau lebih dari tiga kali lipat dari produksi obat Kimia Farma saat ini yang mencapai 1,1 miliar tablet per tahun. Ini merupakan pabrik untuk merelokasi pabrik yang ada saat ini di tengah Kota Bandung,” ujar Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk Rusdi Rosman dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (17/8/2015).
Mengenai pendanaan pembangunan pabrik, Rusdi mengatakan akan memanfaatkan dana hasil penerbitan Medium Term Notes (MTN) senilai Rp 200 miliar yang telah dilakukan perseroan.
"Penerbitan MTN bisa ditambah, sesuai dengan progress pembangunan pabrik yang dilakukan," ucapnya.
Menurutnya, selain memanfaatkan MTN, Kimia Farma kini mengincar sumber-sumber pendanaan lain yang lebih murah untuk pengembangan pabriknya.
"Berbagai alternatif kita siapkan, mulai dari penerbitan MTN, atau right issue. Semua kemungkinan akan kita kaji. Kita akan putuskan yang paling menguntungkan perusahaan," katanya.
Pembangunan pabrik di atas lahan lima hektar ini dirancang dalam jangka dua tahun. Setelah pabrik ini jadi, total kapasitas produksi obat Kimia Farma akan naik menjadi 4,6 miliar tablet per tahun.
"Itu belum termasuk obat herbal yang juga dibangun di pabrik ini," ujar Rusdi.
Selain membangun pabrik obat, tambah Rusdi, pabrik baru Kimia Farma di Banjaran ini juga akan untuk memproduksi obat-obat herbal yang bahan bakunya banyak ditemui di dalam negeri.
"Produk herbal yang kita kembangkan mulai dari sintesa, ekstrasi hingga bahan jadi. Mungkin pabrik ini akan menjadi pabrik terbesar untuk produk herbal di Indonesia," katanya.
Dia mengakui, di tengah pelemahan nilai tukar rupiah, tantangannya yaitu memproduksi obat-obatan chemical yang sebagian besar bahan bakunya berasal dari impor. Agar hal tersebut teratasi, perseroan tengah menjajaki pembangunan pabrik bahan baku obat chemical yang bisa menekan impor bahan baku untuk produksi obat tersebut.
Rusdi menyebutkan pihaknya kini tengah menjajaki kerja sama dengan investor Korea Selatan untuk membangun pabrik bahan baku obat-obatan.
"Kita akan bangun di kawasan industri Lippo Cikarang. Kebetulan kita sudah ada lahan di sana. Pembangunannya mungkin baru dilakukan akhir tahun ini," tambahnya.
Sementara untuk produk herbal, Kimia Farma berharap bisa diekspor selain untuk memenunuhi kebutuhan lokal. Diharapkan, pasar ekspor bisa menyumbangkan pendapatan sekitar lima persen dari total pendapatan Kimia Farma yang mencapai Rp 5 triliun.
Mengenai pemanfaatan lahan pabrik lama setelah pabrik di Banjaran beroperasi, kata Rusdi, pihak konsultan kini tengah melakukan kajian pemanfaatan bekas pabrik Kimia Farma yang di tengah Kota Bandung itu.
"Kita punya lahan seluas 7,5 hektare di tengah Kota Bandung. Tentunya, kita ingin lahan itu bisa memberikan keuntungan yang besar bagi perseroan ke depan. Saat ini ada konsultan yang tengah menghitung dan mengkaji peruntukan lahan yang cocok dan paling menguntungkan," tuturnya.
Dalam pemanfaatan aset, PT Kimia Farma Tbk juga telah menjalin kerja sama dengan PT Aura Nusantara Abadi dan PT Tata Mulia Nusantara Indah untuk membangun sebuah hotel pada aset milik Kimia Farma di Jalan Juanda Bandung.
"Dalam kerja sama ini, kita menyediakan lahan. Investor membangun hotel dengan hak pengelolaan dalam jangka 25 tahun. Setelah itu, seluruh aset akan menjadi miliki Kimia Farma," kata Rusdi.
Selain tetap bisa mendapatkan ruang untuk operasional Apotek, PT Kimia Farma juga akan mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan hotel sepanjang masa berjalannya kerja sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News