kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.956.000   25.000   1,29%
  • USD/IDR 16.555   -90,00   -0,55%
  • IDX 6.926   28,03   0,41%
  • KOMPAS100 1.005   3,86   0,39%
  • LQ45 777   2,30   0,30%
  • ISSI 221   0,99   0,45%
  • IDX30 403   1,61   0,40%
  • IDXHIDIV20 475   0,87   0,18%
  • IDX80 113   0,26   0,23%
  • IDXV30 115   0,38   0,33%
  • IDXQ30 131   -0,13   -0,10%

Bawang putih China kuasai 96% pasar Indonesia


Kamis, 04 Agustus 2011 / 09:53 WIB
Bawang putih China kuasai 96% pasar Indonesia
ILUSTRASI. 6 Jurusan kuliah ini dibutuhkan di masa depan, selalu dicari oleh perusahaan. REUTERS/Ronen Zvulun


Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Produksi bawang putih lokal yang masih rendah membuat impor bawang putih masih merajalela. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 97,65% atau 174,706 ton impor bawang putih datang dari negeri tirai bambu.

Impor bawang putih pada periode Januari 2011 hingga Juni 2011 tercatat sebanyak 178,9 ton dengan nilai US$ 132,77 juta. Pada 2010 lalu, impor bawang putih nasional mencapai 361,174 ton dengan nilai US$ 245,9 juta.

Dodi, salah seorang pedagang bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati mengatakan 30 ton bawang putih yang dia perdagangkan setiap bulannya berasal dari China. Dodi mengatakan bawang putih asal China ini lebih digemari konsumen karena ukurannya yang lebih besar dan harganya lebih murah.

“Kalau kualitas rasa sebenarnya bawang lokal lebih pedas, tetapi lebih kecil. Kalau bawang impor yang diameter 6 cm harganya Rp 6.500 per kg, kalau yang diameter 7 cm Rp 7.500 per kg. Sementara yang lokal kemungkinan sudah di atas Rp 10.000 per kg,” kata Dodi ketika ditemui di Pasar Kramat Jati, Jakarta, Rabu (3/8).

Dodi mengatakan selain masalah harga yang lebih tinggi, mereka tidak menjual bawang lokal karena pasokannya sedikit. Dodi mengaku sejak tahun 2000 lalu, ia tak lagi memasarkan bawang produksi dalam negeri.

Kementerian Pertanian mencatat rata-rata produksi bawang putih setiap tahunnya hanya mencapai 20% dari kebutuhan nasional. “Untuk bawang putih sejak 15 tahun terakhir kita hanya produksi 15.000 ton sampai 20.000 ton karena bawang putih hanya tumbuh di ketinggian di atas 1.000 m di atas permukaan laut,” kata Hasanudin Ibrahim, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian kemarin.

Kepala BPS Rusman Heriawan mengatakan impor bawang putih perlu dilakukan untuk meredam harga agar tak menguras kocek konsumen. Bahkan pada Juli 2011, bawang putih menjadi komponen yang menyumbang deflasi.

“Ada imported deflation yang berasal dari bawang putih sebesar 0,08%. Bawang putih menjadi komponen penyumbang deflasi terbesar dari inflasi bulanan kita yang hanya 0,67%,” kata Rusman ketika ditemui di sela kunjungan kerja ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×