kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.465   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.898   66,24   0,97%
  • KOMPAS100 1.001   10,19   1,03%
  • LQ45 775   7,44   0,97%
  • ISSI 220   2,72   1,25%
  • IDX30 401   2,31   0,58%
  • IDXHIDIV20 474   1,13   0,24%
  • IDX80 113   1,15   1,03%
  • IDXV30 115   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   0,58   0,44%

Gerai Ritel Berguguran! Terhimpit Biaya Operasional yang Besar dan Sulit Bersaing


Selasa, 06 Mei 2025 / 15:59 WIB
Gerai Ritel Berguguran! Terhimpit Biaya Operasional yang Besar dan Sulit Bersaing
ILUSTRASI. GS Supermarket, ritel yang menjajakan produk makanan asal Korea mengumumkan akan menutup seluruh gerainya dan hanya akan beroperasi hingga akhir Mei 2025.. KONTAN/Fransiskus SImbolon


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gelombang penutupan gerai ritel kembali terjadi di awal 2025. Terbaru, GS Supermarket, ritel yang menjajakan produk makanan asal Korea mengumumkan akan menutup seluruh gerainya dan hanya akan beroperasi hingga akhir Mei 2025.

Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah tak menampik fenomena tersebut.

Menurutnya, beberapa ritel yang berguguran ini disebabkan oleh costing ritel yang terlalu besar, sehingga manajemen kesulitan dalam melanjutkan kerja bisnisnya. Apa lagi, persaingan industri ritel kian menyempit.

Baca Juga: Ditopang Ritel Mal, Begini Kinerja Pakuwon Jati (PWON) pada Kuartal I-2025

"Karena satu, mungkin costing-nya besar. Misalnya tokonya cuma 10. Jadi tidak bisa bersaing sama tokonya yang banyak," terang Budi usai agenda konferensi pers Inabuyer B2B2G Expo di Gedung Smesco, Jakarta, Selasa (6/5).

Selain itu, tantangan persaingan dengan toko online juga menjadi salah satu penyebab. Menurutnya, masyarakat saat ini mulai jenuh berbelanja secara langsung di gerai dan beralih ke e-commerce untuk berbelanja.

"Ya lokasinya, ataupun mungkin sudah jenuh banyak online. Karena itu online juga harus dibetulin ya. Jadi orang berubah maunya online," tambahnya.

Tak ketinggalan, Budi menyinggung perang dagang dan kondisi geopolitik saat ini juga menjadi salah satu penyebab melemahnya saya beli masyarakat. Hal ini tentunya mendorong kian melesunya pasar di Indonesia maupun global.

Meskipun banyak gerai ritel yang berguguran, Budi mengatakan jika industri ritel belum mati begitu saja. Budi menjelaskan jika banyak gerai ritel baru yang buka di luar kota. Ia bahkan memperkirakan adanya pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia terjadi pada beberapa segmen.

"Ya ada yang tutup, tapi ada yang buka. Dan luar kota lebih bagus. Jadi banyak buka di luar kota. (Perkiraan pertumbuhan) Kami sih tergantung segmennya. Kalau yang personal care bisa 10%. Plus online ya. Tapi kalau yang minimarket mungkin 8%-9%. Beda-beda ya segmennya," tambahnya.

Baca Juga: Penjualan Ritel Tertahan Imbas Naiknya Pengangguran dan Tekanan Kelas Menengah

Terakhir, Budi memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal 2 masih akan melambat. Oleh sebab itu, demi memperlancar daya beli masyarakat, Budi menghimbau pemerintah untuk memberikan beberapa stimulus.

Salah satu yang ia aspirasikan ialah pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) maupun berupa voucher belanja.

"Kami khawatirkan masih akan melambat, karena kehilangan momentum Lebaran. Jadi pasti akan melambat. Tapi mungkin harapan kami, makanya dibukanya keran belanja pemerintah, mungkin itu harus dibuka atau BLT. Kami minta ada stimulus BLT supaya naikin," jelasnya.

Sekadar informasi, badai penutupan gerai ritel terjadi pada beberapa bulan terakhir. Ritel modern Lulu Hypermarket dikabarkan menutup permanen jaringan gerainya di Indonesia pada 30 April lalu.

Selain itu, PT Matahari Department Store Tbk juga telah menutup sebanyak 13 gerainya yang dinilai berkinerja buruk sepanjang 2024. 

Alfamart juga telah menutup sekitar 400 gerai sepanjang tahun 2024. Penutupan ini dilakukan sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan profitabilitas dan fokus pada gerai baru yang lebih potensial. 

Menurut catatan Kontan, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) membeberkan jika penjualan industri ritel periode Ramadan hingga Lebaran tahun 2025 ini tak sebaik tahun lalu. Padahal, momentum ini biasanya menjadi penunjang dan sentimen positif bagi penjualan produk di ritel.

Baca Juga: Matahari Melaporkan Penjualan Rp 4,6 Triliun di Tengah Kondisi Pasar yang Lesu

Pasalnya, jika ditaksir, penurunan penjualan bisa mencapai 5%-8% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024 lalu. 

Ketua Umum APRINDO, Solihin, menjelaskan jika penjualan produk Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) pada Ramadan dan Lebaran tahun ini jauh dari ekspektasi.

“Ya mungkin bisa sampai 5-8% ya dibandingkan tahun lalu. Kalau normal bulan biasa, kontribusi sales tiap bulan itu 8%-9%. Nah untuk ini, masih berkisar 11%-12%. Harapan kami itu bisa 15-20%,” terang Solihin kepada Kontan, Minggu (6/4).

Selanjutnya: Dorong Pengentasan Kemiskinan, PNM Beri Beasiswa Pendidikan Bagi Anak Nasabah​

Menarik Dibaca: 4 Varian Micellar Water Wardah Sesuai Jenis Kulit untuk Hapus Makeup dan Kotoran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×