Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA/HONG KONG. Isu akuisisi GoTo oleh Grab kembali berhembus. Kabar terbaru, seperti dikutip Reuters, perusahaan transportasi daring dan pengiriman makanan yang terdaftar di Amerika Serikat (AS), Grab, ingin mencapai kesepakatan untuk mengambil alih pesaingnya GoTo, pada kuartal kedua 2025.
Rencana akuisisi itu disampaikan dua sumber Reuters yang mengetahui masalah tersebut, Rabu (7/5).
Grab yang berkantor pusat di Singapura telah menyewa penasihat untuk menangani kesepakatan yang diusulkan, kedua sumber tersebut menambahkan.
Kesepakatan tersebut tunduk pada ketentuan seperti pembiayaan, yang sedang didiskusikan Grab dengan bank, salah satu sumber menambahkan.
Baik Grab maupun GoTo menolak berkomentar soal rencana merger tersebut.
Baca Juga: Grab Incar Pinjaman US$ 2 Miliar Untuk Akuisisi Goto
Nilai Akuisisi US$ 7 Miliar
Grab berencana membeli bisnis GoTo dengan harga sekitar US$ 7 miliar, menurut sumber lain yang mengetahui masalah tersebut.
Saham GoTo yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah naik 20% tahun ini, sehingga nilai pasarnya sekitar US$ 5,8 miliar, data LSEG menunjukkan.
Saham Grab di Nasdaq naik 2,4% sepanjang tahun ini, sehingga nilai pasarnya hampir US$ 20 miliar, menurut data LSEG.
GoTo akan menjual unit internasionalnya di Singapura kepada Grab, dua sumber terpisah yang mengetahui masalah tersebut mengatakan.
Di Indonesia, GoTo akan menjual seluruh operasinya kecuali divisi keuangannya kepada Grab, salah satu dari dua sumber menambahkan.
Grab, yang didukung oleh Uber, menawarkan layanan yang terdiri dari pengiriman, mobilitas, dan layanan keuangan, antara lain, menurut situs webnya.
GoTo, yang investornya termasuk SoftBank dan Taobao China Holding, menggambarkan dirinya sebagai ekosistem digital terbesar di Indonesia yang menyediakan layanan e-commerce dan layanan perbankan, situs webnya menunjukkan.
Baca Juga: Grab Holding Dikabarkan Kembali Berupaya Akuisisi GOTO
Monopoli
Penggabungan antara Grab dan GoTo akan menciptakan raksasa dalam industri transportasi daring di Asia Tenggara yang mendominasi sekitar 85% dari pasar senilai US$ 8 miliar, menurut perusahaan analisis data, Euromonitor International.
"Entitas gabungan tersebut akan menguasai pangsa pasar lebih dari 91% di Indonesia, dan hampir 90% di Singapura," kata David Zhang, manajer wawasan pembayaran dan pinjaman Euromonitor International di Asia.
"Pasar terutama di Indonesia dan Singapura akan memberlakukan pengawasan ketat," katanya, seraya menambahkan bahwa penggabungan tersebut kemungkinan akan diblokir oleh regulator di pasar-pasar utama di Asia Tenggara.
Analis pialang saham BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis, yang mengkover GoTo, mengatakan bahwa otoritas Indonesia mungkin akan mengambil pendekatan yang lebih pragmatis ketika menilai potensi merger, dengan mempertimbangkan manfaat dari penguatan pemain yang ada dan pengembangan nilai ekonomi jangka panjang.
Pengawasan antimonopoli telah meningkat secara signifikan dengan latar belakang meningkatnya biaya hidup yang didorong oleh lingkungan ekonomi makro global yang tidak menentu yang diperburuk oleh tarif Presiden AS Donald Trump.
Pada bulan Maret, Uber menghentikan tawarannya senilai US$ 950 juta untuk bisnis Foodpanda milik Delivery Hero di Taiwan setelah Taiwan memblokir kesepakatan yang diusulkan karena kekhawatiran anti-persaingan dan kekhawatiran bahwa hal itu dapat mendorong Uber untuk menaikkan harga.
Baca Juga: Ada Rumor Merger GOTO dan Grab, Begini Catatan Ekonom
Selanjutnya: Komisi XI DPR Pertanyakan Belum Rampungnya Penetapan Cukai pada Minuman Berpemanis
Menarik Dibaca: Usia 18 Tahun Sudah Punya Aset 1 Juta Dolar, Simak Strategi Investasi Sulianto
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News