Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terdapat perbedaan data soal capaian produksi minyak (lifting) Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut lifting minyak Indonesia per Oktober 2025 telah menembus sekitar 605.000 barel per hari (bph) atau sudah sesuai target APBN 2025.
Namun, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa melaporkan realisasi lifting hingga September 2025 masih di kisaran 580.300 bph atau belum mencapai target.
Bahlil menjelaskan, peningkatan produksi tersebut merupakan hasil dari dua strategi utama, yaitu optimalisasi sumur tua melalui penerapan teknologi modern serta percepatan proyek-proyek Plan of Development (POD) yang tertunda selama bertahun-tahun.
“Selama ini ada sumur-sumur sudah selesai POD 10 tahun sampai 15 tahun tapi tidak dikembangkan. Nah ini sekarang dilakukan termasuk Inpex alhamdulillah ENI Insya Allah 2027 sudah mulai berproduksi," jelasnya.
Baca Juga: Bahlil: Lifting Minyak Tembus 607.000 Barel per Hari hingga Oktober 2025
Bahlil menambahkan, pemerintah juga tengah mempercepat lelang wilayah kerja migas dari lebih dari 70 cekungan serta memberikan legalitas bagi 45.000 sumur rakyat untuk mendorong produksi dan menciptakan lapangan kerja.
Namun di sisi lain, Kementerian Keuangan mencatat data berbeda. Berdasarkan laporan APBN KiTa edisi Oktober 2025, realisasi lifting minyak per September hanya 580.300 bph. Sementara lifting gas mencapai 974.000 barel setara minyak per hari (boepd). Target lifting dalam APBN 2025 sendiri adalah sebanyak 605.000 bph untuk minyak dan 1,005 juta boepd untuk gas.
"Lifting migas masih di bawah target APBN masing-masing 580.300 barel minyak per hari dan gas 974.000 barel setara minyak per hari," kata dia, Selasa (14/10/2025) silam.
Purbaya menambahkan, rendahnya harga minyak mentah dunia, yang sejak awal tahun hanya rata-rata US$ 69,01 per barel dibandingkan asumsi APBN US$ 82 per barel, juga ikut menekan capaian produksi dan penerimaan negara.
Mana yang Lebih Akurat?
Praktisi migas Hadi Ismoyo menilai, data yang disampaikan Kementerian Keuangan lebih akurat karena bersumber dari data working level SKK Migas pada forum ship coordination meeting yang dihadiri sekitar 30 kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Data tersebut diperbarui setiap minggu dan tidak memasukkan LPG sebagai bagian dari lifting.
“Biasanya data SKK level tinggi memasukkan produksi LPG yang dikonversi ke oil equivalent. Padahal sesuai nomenklatur APBN, lifting itu hanya mencakup minyak dan kondensat,” jelas Hadi kepada Kontan, Senin (27/10/2025).
Baca Juga: SKK Migas Buka Suara Soal Perbedaan Data Lifting Migas antara ESDM dan Kemenkeu
Hadi menambahkan, dengan kondisi 70% wilayah kerja migas Indonesia sudah mature dan mengalami natural decline yang cukup besar, capaian produksi 580.000 bph sudah tergolong baik. Jika ditambahkan produksi LPG setara 23.000 bph, total produksi migas nasional mencapai sekitar 603.000 bph, atau hampir mendekati target APBN.
“Artinya decline hampir nol dibanding tahun lalu, dan ini berkat kerja keras SKK Migas dan KKKS dalam program wellwork, infill drilling, serta percepatan POD dan POP,” kata Hadi.
Selanjutnya: Ada Wacana Ubah Metodologi, Begini Prospek Saham MSCI Indonesia
Menarik Dibaca: Awas Hujan Ekstrem di Provinsi Ini, Cek Peringatan Dini Cuaca Besok (28/10) dari BMKG
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













