kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini strategi PLN menyulap PLTU supaya lebih ramah lingkungan


Kamis, 14 Januari 2021 / 14:24 WIB
Begini strategi PLN menyulap PLTU supaya lebih ramah lingkungan
ILUSTRASI. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

Adapun Proper Biru artinya perusahaan telah taat pada empat kriteria yang ditentukan yaitu pengendalian pencemaran laut dan air, pengendalian pencemaran udara, implementasi AMDAL, dan pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

Guna menjaga kelestarian lingkungan, PLN telah melengkapi PLTU berbahan bakar batu bara yang sudah ada dengan Continous Emission Monitoring System (CEMS) yang berfungsi untuk memonitor emisi secara berkelanjutan. CEMS ini dipasang pada semua PLTU berkapasitas di atas 25 Megawatt (MW) untuk melakukan pengendalian emisi secara real time.

Berbagai inovasi telah dilakukan agar PLTU menjadi lebih ramah lingkungan dan memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) No P.15 Tahun 2019 tentang tingkat baku mutu emisi.

PLN melakukan pengendalian kadar sulfur batu bara dengan cara pencampuran dan pemilihan batu bara dengan komposisi campuran sulfur yang dapat memenuhi kualitas baku mutu emisi Sulfur Dioksida (SO2).

Baca Juga: Pertamina Geothermal (PGE): Turn Around PLTP Kamojang selesai lebih cepat dari jadwal

Penggunaan teknologi rendah karbon juga terus dilakukan melalui pembangunan PLTU dengan teknologi Super Critical (SC) dan Ultra Super Critical (USC). PLN juga melakukan pemasangan peralatan FGD atau Flue Gas Desulfurization maupun SCR atau Selective Catalytic Reduction pada PLTU sebagai upaya mengendalikan emisi.

Untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT), PLN juga terus mengembangkan program Co-Firing, yaitu pemanfaatan biomassa yang merupakan sumber energi terbarukan sebagai pencampur batu bara untuk bahan bakar PLTU.

“Selain melakukan pembangunan EBT berskala besar, program Co-Firing PLTU dengan biomassa ini merupakan langkah PLN untuk mendorong pemanfaatan EBT pada bauran energi nasional,” tambah Agung.

Program Co-Firing telah dilakukan uji coba di beberapa PLTU, antara lain PLTU Jeranjang (2×25 MW) dengan pelet sampah, PLTU Paiton (2×400 MW) pelet kayu, PLTU Rembang (2×325 MW) pelet kayu, PLTU Indramayu (3x330MW) pelet kayu, PTLU Tenayan (2×110 MW) dengan cangkang kelapa sawit, PLTU Ketapang (2×10 MW) dengan cangkang kelapa sawit, PLTU Sanggau (2×7 MW) dengan cangkang kelapa sawit, serta PLTU Belitung (2×16,5 MW) dengan cangkang kelapa sawit.

Secara keseluruhan terdapat 114 unit PLTU milik PLN yang berpotensi dapat dilakukan co-firing biomassa. Pembangkit tersebut tersebar di 52 lokasi dengan total kapasitas 18.154 MW. Harapannya, Co-Firing dapat meningkatkan bauran EBT secara nasional.

Seluruh upaya yang dilakukan merupakan wujud komitmen PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik tanah air yang terjangkau dan tetap ramah lingkungan guna mendorong roda ekonomi bangsa yang berkelanjutan.

Selanjutnya: Di masa PPKM, Pertamina dorong penggunaan non-tunai dan layanan pesan antar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×