kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Belajar dari Mahakam, Pertamina: Jangan ada penurunan produksi Rokan di masa transisi


Selasa, 26 November 2019 / 15:05 WIB
Belajar dari Mahakam, Pertamina: Jangan ada penurunan produksi Rokan di masa transisi
ILUSTRASI. Sumur baru di Blok Mahakam


Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina terus mengupayakan sejumlah langkah demi menhindari terjadinya penurunan produksi pada Blok Rokan di masa transisi.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengaku, pihaknya belajar dari apa yang terjadi di Blok Mahakam. Asal tahu saja, Blok Mahakam yang dikelola Pertamina sejak awal 2018 masih mengalami laju penurunan hingga kini.

"Di 2017 pengeboran hanya 4 sumur, sehingga ketika kita masuk kita melakukan eksplorasi masif," tutur Nicke di Jakarta, Selasa (26/11).

Baca Juga: Pertamina: Beberapa perusahaan berminat jadi partner di Blok Mahakam

Lewat upaya eksplorasi, laju penurunan yang semula mencapai 57% berhasil ditekan hingga 25%. Belajar dari pengalaman tersebut, Nicke memastikan Pertamina terus melakukan diskusi demi kemungkinan untuk terlibat lebih awal.

Nicke menambahkan, Pertamina berharap dalam waktu dekat sudah ada skema pengelolaan masa transisi yang bisa diterapkan. "Itulah, saat Agustus 2021 jangan sampai ada decline rate yang tinggi," kata Nicke.

Kontan.co.id mencatat, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyampaikan, produksi minyak di Blok Rokan selama ini disumbangkan dari lapangan-lapangan yang sudah berusia di atas 50 tahun. Fasilitas produksi di sana pun sudah tampak berumur.

Baca Juga: Tekan penurunan produksi, Pertamina akan mengebor 122 sumur di Blok Mahakam pada 2020

“Jumlah aset di Blok Rokan cukup besar yakni hampir 140.000 aset atau lebih banyak 3 kali lipat aset di Blok Mahakam,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (30/10).

Dari situ, diperlukan penanganan yang khusus selama masa transisi. Pihak Pertamina menghitung proses handover atau serah-terima di Blok Rokan diperkirakan mencapai lebih dari satu tahun.

Selain itu, penyediaan sumur untuk kebutuhan produksi juga menjadi tantangan tersendiri bagi Pertamina.

Baca Juga: Bahas kilang Cilacap, Pertamina kembali jajaki dua opsi dengan Saudi Aramco

Fajriyah menyebut, kebutuhan rig pengeboran (drilling) di Blok Rokan berkisar antara 3—10 rig untuk menyesuaikan program kerja yang realistis bisa tercapai.

Adapun kebutuhan rig work over diperkirakan sekitar 20—40 buah. Jumlah tersebut masih sama dengan yang diperlukan oleh PT Chevron Pacific Indonesia selaku pengelola Blok Rokan terkini.

Dia menjelaskan, kebutuhan rig drilling maupun rig work over untuk Blok Rokan akan dipenuhi dari internal Pertamina maupun perusahaan lain yang bisa memberikan harga kompetitif. “Kondisi rig juga mesti memenuhi persyaratan sesuai standar,” imbuhnya.

Baca Juga: Sudah stop impor, produksi avtur Pertamina sudah mandiri

Tak hanya itu, sebagian besar kontrak jasa yang dimiliki Chevron akan berakhir pada bulan Agustus 2021 atau bertepatan dengan pengambilalihan Blok Rokan kepada Pertamina.

Lantas, PT Pertamina Hulu Rokan selaku anak usaha Pertamina yang mengelola blok migas tersebut harus mulai menyiapkan kontrak baru yang jumlahnya besar sejak masa transisi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×