Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkumpulan Produsen Kosmetika Indonesia (PPAK) menyampaikan bahwa kondisi industri kosmetika lokal saat ini tengah mengalami berbagai tantangan. Salah satu yang menjadi perhatian ialah melemahnya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Ketua Umum PPAK, Solihin Sofian mengatakan bahwa kinerja industri kosmetika juga bergantung pada biaya bahan baku yang beberapa masih impor dari luar.
"Nah, jadi otomatis dengan naiknya kurs nilai rupiah, jadi menekan nilai bahan baku kita. Sehingga beban kita ini menjadi tinggi, terdampaknya tentu daya saing kita akan kalah," papar Solihin kepada Kontan.co.id, Sabtu (10/5).
Kenaikan harga bahan baku impor ini pada akhirnya membuat harga produk kosmetik dalam negeri perlu mengalami penyesuaian. Oleh sebabnya, jika dilihat dari harga jual, banyak kosmetik dalam negeri yang kalah saing dengan kosmetik impor.
Baca Juga: Bukukan Rugi di 2024, Mandom Indonesia (TCID) Kejar Kinerja Lewat Produk Baru
Apalagi saat ini produk yang murah didominasi produk dari China, otomatif produk yang murah itulah yang akan dipilih konsumen.
"Ketika membeli sesuatu di media online, yang saya cari apa? Yang paling banyak terjual. Yang harganya paling rendah," tambahnya.
Solihin menjelaskan jika saat ini pasar kosmetik Indonesia hampir dikuasai oleh merek luar negeri. Menurut catatannya, total transaksi industri kosmetik di Indonesia mencapai Rp 95 triliun - Rp 100 triliun per tahun. Penjualan kosmetik luar negeri menguasai hampir 50% dari keseluruhan penjualan.
"(Produk-produk kosmetik luar negeri) Sudah bisa mendominasi sekitar 45%. Memang secara total semuanya masih didominasi produk lokal, tapi dia bukan (brand) number one," jelasnya.
Baca Juga: Manfaatkan KUR, Pengusaha Kosmetik Binaan BRI Petik Cuan Saat Ramadan
Gabungan dari produk Paragon, Musika Ratu, Sari Ayu, Somethinc, Hanasui, dan lain-lain itu jika digabungkan porsi merek luar masih lebih besar. Namun, jika dilihat individu perusahaan, mereka tidak lagi menjadi sebuah pemain yang dominan
Lebih Solihin, jika secara keseluruhan, kinerja industri kosmetika bertumbuh 5-7% per tahun. Pada kuartal-I 2024, total penjualan sebesar Rp 17 triliun - Rp 19 triliun. Sedang pada kuartal-I 2025, penjualan mencapai Rp 20 triliun.
Tetapi, industri kosmetik tanah air justru merasakan kebalikannya. Penjualan produk kosmetik lokal malah dirasa kian melorot.
"Kalau dihitung berapa persen penurunan, saya belum bisa mendata secara jelas, tapi dari sarana saya saja, itu (penurunan) 35% dari sales kami. Yang UKM-UKM ini, kita nggak bisa deteksi dia seperti apa, tapi aku bisa merasakan mereka pasti lebih terpukul lagi. Menurut kami di industri besar saja, sudah mengalami penurunan sekitar 35%," tutupnya.
Selanjutnya: Harley Davidson dan Moto GP akan Luncurkan Ajang Balap di 2026
Menarik Dibaca: ITPLN Perpanjang Masa Penerimaan Mahasiswa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News