kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Biaya ocean freight melambung, industri mebel dan kerajinan rugi US$ 500 juta


Selasa, 14 Desember 2021 / 20:36 WIB
Biaya ocean freight melambung, industri mebel dan kerajinan rugi US$ 500 juta
ILUSTRASI. ekspor mebel dan kerajinan Indonesia


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sekjen Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengungkapkan pandemi Covid-19 telah berdampak pada kinerja industri mebel dan kerajinan nasional. Yang terkena imbas paling besar adalah penjualan ekspor karena kelangkaan kontainer yang merembet pada melambungnya biaya ocean freight rate.

"Selain itu, diperparah dengan semakin terbatasnya cargo space kapal berakibat pada penumpukan barang di gudang dan bahkan melebihi kapasitas gudang yang ada sehingga mau tidak mau para pelaku ekspor harus menyewa dan/atau membangun gudang tambahan yang menyebabkan bengkaknya biaya pengeluaran perusahaan," kata Abdul kepada Kontan.co.id, Selasa (14/12).

Dari data yang berhasil dihimpun HIMKI, pada November 2021 ocean freigh rate dari Indonesia tujuan Amerika Serikat (AS) telah menyentuh angka kurang lebuh US$ 22.000 atau naik 1.000% dari keadaan normal. Sementara untuk pengiriman tujuan Eropa, berada pada kisaran US$ 16.000 atau naik 967%.

Abdul memaparkan, naiknya biaya ocean freight rate jelas sangat mengganggu aktivitas ekspor pelaku industri mebel dan kerajinan nasional. Biaya ekspor adalah bagian-bagian dari biaya yang merupakan salah satu komponen yang menjadi landasan bagi perhitungan harga pokok.

Baca Juga: Tarif bergantung pada struktur pasar, biaya angkutan kontainer berpotensi naik lagi

"Namun perlu diketahui bahwa tidak selamanya kenaikan biaya pengiriman barang atau ekspor bisa di kompensasi terhadap harga jual, mengingat persaingan harga yang semakin sengit di pasar global," ujarnya.

Dari harga ocean freight rate pada November 2021 tersebut, sudah setara dengan, kurang lebih 60% dari nilai barang yang di kirim, bahkan untuk barang tertentu bisa mencapai 100% dari nilai barang di mana ini sangat mempengaruhi cashflow perusahaan.

Dari adanya lonjakan biaya ocean freigh rate, kerugian yang dialami oleh industri mebel dan kerajinan sepanjang Januari-September 2021 diperkirakan mencapai US$ 300 juta sampai US$ 500 juta dan ini termasuk order-order yang ditolak.

"Apabila situasi ini terus terjadi maka kerugian yang akan diderita industri mebel dan kerajinan akan lebih besar dari kerugian saat ini," kata Abdul.

Baca Juga: Ini cara Tigaraksa Satria (TGKA) siasati kenaikan tarif kontainer

Permasalahannya, di Indonesia kondisi logistik dan shipping sering kali menjadi hambatan dalam kegiatan perdagangan baik domestik maupun ekspor, sehingga menimbulkan biaya tinggi, gagal kirim dan situasi yang tidak kondusif untuk berjalannya kegiatan usaha yang sarat dengan persaingan.

Terlbih, Indonesia sendiri bukan hub ekspor, seperti Singapura, atau Malaysia (Tanjung Pelepah, Penang dan Johor Baru), hal ini menyebabkan Indonesia berposisi lemah dalam prioritas pengangkutan.

Kendati mengalami tantangan dari naiknya biaya ocean freight rate, selama pandemi sektor industri mebel dan kerajinan nasional masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Bahkan memasuki sembilan bulan di 2021 permintaan ekspor mengalami lonjakan yang signifikan terutama dari AS.

"Naiknya permintaan dari AS merupakan pengaruh positif dari kebijakan langkah-langkah stimulus fiskal yang signifikan di AS. Langkah-langkah ini meningkatkan pendapatan rumah tangga dan mendukung pengeluaran yang berkelanjutan untuk semua barang, termasuk impor," jelas Abdul.




TERBARU

[X]
×