kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bisnis kuliner diprediksi masih menjadi primadona waralaba pada 2021


Jumat, 29 Januari 2021 / 17:11 WIB
Bisnis kuliner diprediksi masih menjadi primadona waralaba pada 2021
ILUSTRASI. Franchise and License Expo Indonesia 2018: Suasana hari terakhir Franchise and License Expo Indonesia 2018 di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (7/10). Kuliner diprediksi masih jadi primadona waralaba di 2021.


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pandemi Covid-19 tak hanya memengaruhi masalah kesehatan tetapi juga berdampak pada berbagai sektor, termasuk bisnis  waralaba.

Meski demikian, Konsultan bisnis dan waralaba DK Consulting Djoko Kurniawan melihat bahwa bisnis waralaba masih memiliki prospek yang cukup baik tahun ini. Pasalnya, di akhir 2020 para calon pebisnis sudah mulai ingin investasi dalam bisnis waralaba.

Djoko juga melihat bahwa usaha kuliner atau food and beverage (F&B) menjadi salah satu bisnis waralaba yang memiliki prospek baik di tahun ini.

"Waralaba yang masih punya prospek bagus di 2021 salah satunya adalah kuliner. Kita tahu bahwa Indonesia diuntungkan dari sisi jumlah penduduk yang besar," ujar Djoko kepada Kontan.

Menurutnya, bisnis kuliner yang akan bisa bergerak dengan cepat yakni usaha dengan rentang harga sekitar Rp 100 juta hingga Rp 300 juta. Dia berpendapat, makanan dengan kisaran harga Rp 15.000 hingga Rp 25.000 akan memiliki target pasar yang lebih besar. Dia  juga menilai, produk dengan kategori baru akan semakin menarik perhatian.

Baca Juga: Yuk Intip Perluasan Layanan Urun Dana, Kenali Pula Peluang dan Risikonya

"Di tengah pandemi muncul beberapa brand baru. Namun demikian ada yang tidak sukses juga karena tidak memiliki faktor pembeda dan salah dalam pemilihan target market," terang Djoko.

Ketua Umum Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI) pun berpendapat bahwa bisnis waralaba yang masih bisa tertahan saat ini adalah produk food and  beverage khususnya di tengah berbagi pembatasan sosial.

"Sampai dengan saat ini bisnis yang masih bisa survive adalah F&B, dimana masih bisa dibuka untuk take away atau delivery. Dan bisnis F&B bisa terus bertumbuh dengan semakin banyaknya pelaku bisnis F&B," tuturnya.

Levita tak menampik, bisnis waralaba kembali mengalami pelambatan mengingat awal tahun ini diberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Padahal menurutnya, bisnis waralaba sudah mulai bergeliat pada semester kedua tahun lalu.

Karenanya, dia berharap, adanya vaksinasi yang sudah dilaksanakan di Indonesia, turut berdampak baik bagi bisnis waralaba. Dia juga berharap masyarakat mulai terbiasa dengan kondisi saat ini. Ini terbukti dengan adanya  (terwaralaba) yang membuka bisnis waralaba. Menurutnya ini menunjukkan kondisi yang lebih baik.

Baca Juga: PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) Menyiapkan Belanja Modal Rp 3 Triliun

Membaiknya kondisi pandemi Covid-19 pun menjadi harapan Owner & Founder Tahu Taisi, Rosie Pakpahan. Dia berharap dengan adanya vaksinasi Covid-19, maka pelaku usaha bisa kembali berjualan dengan aman.

Dia mengakui adanya pandemi Covid-19 turut berpengaruh pada permintaan kemitraan. Bila biasanya permintaan kemitraan mencapai 8 mitra per bulan, dengan adanya Covid-19, permintaan kemitraan hanya sekitar 3-4 per bulan.

"Turun 50%, tetapi tetap bersyukur karena masih bisa membantu orang-orang," ujarnya.

Dia juga mengatakan, bisnis waralaba yang dijalankannya tetap beroperasi di tengah pandemi dan turut memberikan promo new normal untuk para mitra yang baru bergabung.

Tantangan bisnis waralaba di tengah pandemi

Di tengah pandemi Covid-19 ini, ada beberapa hal pula yang menjadi tantangan oleh para pelaku usaha. Menurut Levita, pelaku usaha dituntut untuk lebih kreatif.

"Tantangannya adalah lebih kreatif lagi di masa pandemi ini. Strategi marketing lebih dimaksimalkan lagi, penjualan melalui online dan offline, juga membaca peluang yang ada di pasar dan kemampuan masyarakat saat ini.

Djoko juga mengingatkan, di tengah pandemi Covid-19,  pewaralaba (franchisor) perlu menawarkan bisnis yang menjangkau banyak pembeli. Menurutnya, produk yang menyasar pasar menengah ke bawah pun akan lebih aman dan masih bisa eksis.

"Franchisee (terwaralaba) juga harus jeli dalam memilih bisnis waralaba yang akan dibeli. Ini untuk menghindari salah beli karena ternyata franchisor tidak terbukti memiliki bisnis yang menguntungkan," kata Djoko.

Djoko juga berpendapat, bisnis waralaba bidang pendidikan juga  memiliki peluang yang bagus. Akan tetapi, dia mengingatkan bahwa setiap bisnis waralaba yang ditawarkan hanya memiliki keunikan dan sudah terbukti untung.

Selanjutnya: 10 Manga terpopuler versi TV Asahi, Slam Dunk masih jadi favorit para penggemar manga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×