Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dollar sepertinya tidak terlalu berdampak pada pelaku industri petrokimia. Pasalnya saat ini harga minyak mentah juga tengah mengalami penurunan, sehingga bahan baku industri petrokimia yaitu nafta/minyak mentah olahan ikut turun.
"Bahan baku produksi kami yaitu nafta sebagian besar masih impor. Sebenarnya kurs dollar naik ya menekan, tapi untungnya harga minyak juga tengah turun, jadi harga nafta yang adalah minyak mentah olahan juga ikut turun," ujar Suhat Miyarso, Direktur Eksekutif Federasi Industri Kimia Indonesia, Selasa (25/8).
Dengan turunnya harga bahan baku, membuat harga jual produk turunan petrokimia di hilir, seperti plastik bakal ikut turun. "Harga jual di hilir turun karena harga bahan baku turun. Harga jual di hilir sulit naik, karena daya beli masyarakat juga tengah turun," ujar Suhat.
Ia mengatakan pelaku industri petrokimia akan memanfaatkan situasi ini, sebagai strategi menghadapi gejolak ekonomi di Indonesia. "Strategi kami seimbangkan keduanya agar memberikan margin yang cukup," tuturnya.
Saat berita ini diterbitkan, kurs tengah Bank Indonesia mencatat nilai tukar dollar terhadap rupiah mencapai Rp 14.067 per dollar. Sedangkan harga minyak mentah light pada Selasa 25 Agustus 2015, sebesar US$ 38,24 per barel, yang merupakan terendah sejak Februari 2009.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News