kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.351.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.747   21,00   0,13%
  • IDX 8.417   46,45   0,55%
  • KOMPAS100 1.166   6,42   0,55%
  • LQ45 850   5,80   0,69%
  • ISSI 294   1,08   0,37%
  • IDX30 445   1,55   0,35%
  • IDXHIDIV20 514   5,58   1,10%
  • IDX80 131   0,59   0,45%
  • IDXV30 137   0,45   0,33%
  • IDXQ30 142   1,41   1,00%

Bisnis UMKM Terhambat Daya Beli, Akses Pembiayaan, dan Jaringan Distribusi


Senin, 17 November 2025 / 21:07 WIB
Bisnis UMKM Terhambat Daya Beli, Akses Pembiayaan, dan Jaringan Distribusi
ILUSTRASI. Indeks Bisnis UMKM pada kuartal III-2025 yang dirilis oleh BRI Research Institute menunjukkan pelemahan. Indeks menurun ke 101,9 dari kuartal sebelumnya sebesar 103,7.. KONTAN/Fransiskus Simbolon/05/03/2018


Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih menunjukkan kinerja yang lesu. Para pelaku UMKM menilai rendahnya daya beli masyarakat, sulitnya akses pembiayaan, serta terbatasnya jaringan distribusi menjadi faktor utama yang menahan pertumbuhan sektor ini.

Indeks Bisnis UMKM pada kuartal III-2025 yang dirilis oleh BRI Research Institute menunjukkan pelemahan. Indeks menurun ke 101,9 dari kuartal sebelumnya sebesar 103,7.

Penurunan ini dipengaruhi oleh normalisasi daya beli masyarakat yang masih lemah serta permintaan yang menurun pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan libur sekolah.

Faktor lain yang ikut memengaruhi adalah kenaikan harga barang input, curah hujan tinggi di beberapa wilayah, serta melambatnya ekspansi sektor pertambangan, yang menyebabkan volume produksi dan penjualan menurun serta keuntungan usaha tergerus.

Baca Juga: Bisnis Lesu, Pengusaha UMKM Soroti Rendagnya Daya Beli dan Sulitnya Akses Pembiayaan

“Persaingan yang semakin ketat dengan peritel modern dan online (perdagangan), kendaraan pribadi (motor) dan moda transportasi online (pengangkutan), serta cafe yang semakin menjamur (restoran/warung),” tambah tim survei BRI Research Institute dalam publikasinya, Selasa (11/11/2025).

Sekretaris Jenderal Akumindo, Edy Misero, membenarkan bahwa daya beli yang lesu masih membayangi bisnis UMKM. Masyarakat cenderung memprioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan primer dibandingkan barang sekunder atau tersier.

“Kalau bisa enggak mengeluarkan duit, ya, lebih pilih enggak,” terang Eddy saat dihubungi Kontan, Senin (17/11/2025).

Selain itu, Eddy juga menyoroti sulitnya akses pembiayaan bagi UMKM. Meski pemerintah telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mendukung UMKM, realisasinya di lapangan masih menemui hambatan. Salah satu contohnya adalah akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang belum sepenuhnya sesuai dengan program yang dicanangkan.

Banyak perbankan masih meminta jaminan untuk pengajuan pembiayaan di bawah Rp 100 juta, padahal aturan seharusnya hanya berlaku untuk pinjaman di atas Rp 100 juta.

Baca Juga: Dorong Ekonomi Daerah, Nilai Kerjasama IWIP dan WBN dengan UMKM Lokal Rp 4,4 Triliun

“Peraturannya ada, tetapi tidak mau dilaksanakan oleh pemerintah sendiri dalam hal ini himbara misalnya, bank pemerintah,” keluhnya.

Hambatan UMKM juga muncul pada sisi distribusi dan akses pasar. Astri Elisa Wiyatno, Founder Beeru, menyoroti bahwa akses distribusi ke pasar modern seperti supermarket, minimarket, dan convenience store masih menjadi persoalan utama. Biaya listing yang tinggi serta birokrasi yang kompleks membuat ekspansi produk UMKM menjadi terhambat.

“Dominasi pemain besar serta minimnya preferensi terhadap produk UMKM membuat ekspansi ke pasar offline menjadi cukup sulit, meskipun performa produk Beeru di online sangat baik dan seluruh produk kami sudah memiliki sertifikasi lengkap,” kata Astri kepada Kontan, Senin (17/11/2025).

Astri menambahkan, distribusi ke berbagai daerah masih relatif mahal dan terbatas, sementara birokrasi perizinan dan proses sertifikasi produk yang panjang turut memperlambat peluncuran produk baru.

Untuk mengatasi hal ini, Beeru memperkuat kanal online, membangun brand awareness melalui edukasi dan komunitas, serta aktif menjalin komunikasi dengan distributor dan pihak modern trade yang lebih ramah terhadap UMKM. Pendekatan ini juga membuka peluang kerja sama dengan reseller di berbagai daerah.

“Pendekatan ini bukan hanya memperluas jangkauan distribusi Beeru, tetapi juga memberikan peluang usaha bagi banyak pihak untuk berkembang bersama kami,” ucapnya.

Baca Juga: Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas Raih Perhatian Publik Lewat 85 Juta Views

Astri berharap pemerintah dapat membuka akses pasar yang lebih luas dan inklusif bagi UMKM serta menyederhanakan proses perizinan dan sertifikasi produk.

“Kami juga berharap adanya dukungan untuk efisiensi distribusi antar daerah, penyederhanaan proses perizinan dan sertifikasi produk agar produk UMKM dapat merata tersedia secara nasional dan bahkan masuk pasar internasional,” harapnya.

Eddy menekankan pentingnya kemudahan akses pembiayaan UMKM sesuai aturan pemerintah. “Peraturannya sudah jelas, kenapa tidak diberlakukan? Berlakukanlah,” pintanya.

Meski menghadapi berbagai tantangan, Akumindo tetap optimistis bisnis UMKM akan bangkit menjelang akhir tahun. Momentum Hari Raya Natal dan Tahun Baru secara historis memicu peningkatan daya beli masyarakat.

“Jadi pasti akan meningkat untuk akhir tahun ini,” pungkasnya optimistis.

Selanjutnya: LKM BKD Ponorogo Terapkan Sejumlah Upaya Ini, Antisipasi Terjadinya Fraud

Menarik Dibaca: 14 Inspirasi Warna Cat Dapur yang Bikin Mood Naik dan Ruangan Terlihat Lebih Cerah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×