Reporter: Izzatul Mazidah | Editor: Hendra Gunawan
LOMBOK. Blacksteel Group perusahaan properti yang sebelumnya bernama PT Bliss Property Indonesia, melakukan groundbreaking proyek mall ketiganya di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebelumnya Bliss sudah memiliki shopping centre di kota Ambon dan Ponorogo yang baru beroperasi tahun 2013 kemarin.
Elsye Tanihaha, PR dan Marketing Director BlackSteel Group mengatakan bahwa proyek ini ketiga ini merupakan yang terbesar yang digarap oleh perseroan. Proyek super blok di NTB ini memiliki luas lahan 8,8 hektare. Rencananya di lahan tersebut akan dibangun shopping mall seluas 80.000 m2, convention centre dengan kapasitas 500 orang, hotel dengan 200 unit kamar, dan fasilitas rumah sakit dengan 150 unit kamar.
“Shopping mall ini akan memakan biaya sekitar Rp 500 miliar dari total investasi di super blok tersebut yang sebesar Rp 1 triliun,” kata Elsye, Sabtu (24/5).
Elsye menjelaskan, proyek ini akan dibangun dalam tiga tahap. Untuk yang pertama, pembangunan dimulai dengan mall dan hotel terlebih dahulu. Perseroan memperkirakan pembangunan tersebut memakan waktu sekitar 18 bulan atau selesai akhir tahun 2015.
Setelah mall dan hotel selesai, kemudian dilanjutkan dengan pembangunan convention centre dan rumah sakit.
Isaac Tanihaha, Chief Operating Officer The BlackSteel Group menuturkan, alasan Blacksteel group memasuki kawasan Timur Indonesia karena wilayah ini memiliki potensi yang besar. Untuk itu Blacksteel ingin ambil bagian dalam pertumbuhan tersebut sekaligus berkontribusi pada pertumbuhan daerah setempat.
“Tujuan kami memajukan roda perekonomian daerah-daerah tersebut, dengan bekerjasama dengan BUMD di daerah yang bersangkutan,” katanya.
Bentuk kerjasama nantinya bisa berupa bagi hasil dimana setiap porsi berbeda. Baik untuk mal, hotel, convention centre ataupun rumah skait. Saat ini BlackSteel Group bekerjasama dengan PT Tripat yang merupakan pemilik lahan di area tersebut.
Sejatinya Blacksteel menginginkan lahan yang lebih luas, namun di Lombok sulit mencari lahan yang diinginkan. “Kalau dilihat dari pemerintah mungkin welcome dengan investor namun mencari tanahnya sangat sulit karena tanah yang ada bukan semua milik pemerintah, yang sulit mereka menyamakan harga tanah disini dengan tetangganya Bali,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News