kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Blak-blakan Wamen BUMN soal 'penyakit' lama yang menggerogoti Garuda Indonesia


Selasa, 20 Oktober 2020 / 13:54 WIB
Blak-blakan Wamen BUMN soal 'penyakit' lama yang menggerogoti Garuda Indonesia
ILUSTRASI. Livery pesawat Garuda Indonesia dengan masker


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo blak-blakan soal “penyakit-penyakit” Garuda Indonesia di masa lalu. Menurutnya, pandemi Covid-19 ini harus dijadikan momentum untuk maskapai pelat merah itu untuk berbenah agar menjadi perusahaan yang lebih baik. 

“Misalnya Garuda sebagai contoh, kita akan memanfaatkan momen Covid ini untuk merestrukturisasi Garuda secara menyeluruh. Garuda kita tahu punya penyakit masa lalu, yaitu mahalnya leasing pesawat di masa lalu,” ujar pria yang akrab disapa Tiko itu dalam webinar, Selasa (20/10/2020). 

Tiko menjelaskan, saat ini pihaknya tengah berupaya melakukan renegoisasi kontrak dengan para leasing pesawat Garuda Indonesia. Sebab, Garuda Indonesia diketahui membeli pesawat dengan harga di atas harga pasaran. 

“Garuda kita lakukan penyelamatan dan melakukan renegoisasi kontrak dan negoisasi beban keuangannya, realokasi rute-rute dan pesawatnya, sehingga diharapkan pasca Covid nanti Garuda sehat dibandingkan Garuda sebelum Covid,” kata Tiko. 

Baca Juga: GMFI Membidik Perawatan Pesawat Pertahanan dan Mesin Gas Industri

Mantan Direktur Utama Bank Mandiri menuturkan, pandemi Covid-19 ini memiliki dampak negatif dan juga positif bagi BUMN. “Saya rasa Covid ini antara tantangan dan peluang. Ada yang terdampak dan harus diperbaiki, namun juga membuka peluang-peluang baru untuk melakukan perbaikan, inovasi dan pertumbuhan ke depan,” ungkapnya. 

Sebelumnya, maskapai penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menyatakan kondisi keuangan yang pelik imbas dari pandemi virus corona (Covid-19). Utang Garuda Indonesia sudah menggunung. Pinjaman Garuda per 1 Juli 2020 sudah mencapai 2,2 miliar dolar AS atau Rp 31,9 triliun (kurs Rp 14.500 per dollar AS). 

Baca Juga: Saham publik Garuda Indonesia (GIAA) turun jadi 5,3% setelah pemerintah konversi OWK

Untuk membayar utang yang akan jatuh tempo, Garuda membutuhkan dana segar karena arus kas (cash flow) yang tersisa di perusahaan hanya 14,5 juta dolar AS atau Rp 210 miliar. Selain gaji karyawan serta pembayaran cicilan pinjaman pokok dan bunga, beban lain yang cukup memberatkan arus kas Garuda Indonesia yakni biaya sewa pesawat kepada perusahaan leasing pesawat (lessor). 

Direktur Utama Garuda Indonesua Irfan Setiaputra mengatakan, total biaya sewa yang disetorkan perseroan kepada lessor setiap bulannya berkisar 70 juta dolar AS atau Rp 1,02 triliun (kurs Rp 14.573).

Baca Juga: GMF Aero Asia (GMFI) terus genjot penetrasi bisnis non-aviasi

Dilansir dari Antara, Garuda Indonesia saat ini tengah melakukan negosiasi dengan perusahaan-perusahaan lessor untuk melakukan restrukturisasi pembayaran sewa lantaran adanya Covid-19 di mana industri penerbangan saat ini tengah babak belur.  

Irfan mengaku sampai mengancam perusahaan leasing pesawat jika tak kunjung menyetujui restrukturisasi sewa pesawat di tengah pandemi Covid-19 ini. “Diskusi kita dengan lessor hampir 3 bulan, kita diskusi apapun sampai kita mengancam lah istilahnya. 'Kalau lo enggak mau ngikutin gue, ambil aja lah itu pesawatnya',” kata Irfan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Wamen BUMN Ungkap “Penyakit” Lama yang Menggerogoti Garuda Indonesia"
Penulis : Akhdi Martin Pratama
Editor : Yoga Sukmana

Selanjutnya: Garuda Indonesia kembali luncurkan livery pesawat bermasker

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×