kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.313   10,00   0,06%
  • IDX 7.192   51,54   0,72%
  • KOMPAS100 1.027   0,61   0,06%
  • LQ45 779   -0,14   -0,02%
  • ISSI 237   2,91   1,24%
  • IDX30 402   -0,27   -0,07%
  • IDXHIDIV20 464   1,04   0,22%
  • IDX80 116   0,22   0,19%
  • IDXV30 118   1,12   0,95%
  • IDXQ30 128   -0,16   -0,12%

BPH Migas Melansir Kinerja Pertamina 2008


Kamis, 29 Januari 2009 / 10:10 WIB


Reporter: Gentur Putro Jati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Secara resmi, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) melansir hasil penilaiannya atas kinerja PT Pertamina dalam pelaksanaan tugas distribusi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi 2008.

Kepala BPH Migas Tubagus Haryono menyebut, setidaknya instansinya menggunakan dua komponen untuk menilai kinerja Pertamina dalam mendistribusikan minyak dan gas.

Komponen pertama adalah penyimpanan. BPH Migas menilai, penyimpanan BBM bersubsidi di Depot Utama dan Terminal Transit Pertamina cukup baik. "Tapi, lokasi depot penyimpanan di beberapa wilayah Indonesia, terutama di luar Jawa, kurang strategis dan kapasitas penyimpanan relatif masih kurang memadai," ujar Tubagus, saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR, Rabu (28/1).

Selain itu, rata-rata usia tangki penyimpanan dan kilang milik Pertamina sudah lebih dari 20 tahun alias uzur.

Sistem belum optimal

Komponen kedua adalah transportasi, yang terbagi jadi tiga subkomponen. Yakni, transportasi darat, laut, serta layanan distribusi dan pemasaran. Di transportasi darat, BPH Migas menilai distribusi BBM Pertamina lewat dua anak usahanya, yaitu PT Patra Niaga dan PT Elnusa Petrofin, kurang baik. "Terutama dari sisi jumlah armada truk tangki sehingga terjadi keterlambatan pengiriman BBM dari depot ke stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU)," kata Tubagus.

Dari segi layanan distribusi dan pemasaran, BPH Migas menilai penggantian sistem dari SAP R/3 ke MySAP 2005 belum optimal. SAP adalah sistem yang mampu mencatat secara terintegrasi mulai proses produksi, penjualan, banyak transaksi, hingga berapa kebutuhan pasokan sejak tahun 2003. MySAP yang diterapkan awal 2009 sempat memicu keterlambatan pasokan BBM awal Januari lalu.

Soal penilaian tersebut, Sekretaris Perusahaan Pertamina Toharso menyatakan, seharusnya BPH Migas tidak hanya menilai setengah-setengah. Soal kilang dan tangki, misalnya, "Seharusnya jangan hanya dinilai tua atau baru, tapi kelayakan dari kilang dan tangki tersebut juga harus dilihat," katanya. Pertamina menilai infrastruktur BBM Pertamina masih layak.

Nah, atas alasan peremajaan kilang dan tangki itu, Pertamina merasa layak minta kenaikan alpha alias biaya distribusi yang kini 8%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×