kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Bulog: Mengisi lumbung, mengamankan pasokan


Kamis, 22 April 2021 / 07:47 WIB
Bulog: Mengisi lumbung, mengamankan pasokan
ILUSTRASI. Dirut Bulog Budi Waseso menunjukkan stok beras saat meninjau pasokan beras di gudang Bulog, Kelapa Gading, Jakarta,


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu gudang Bulog di kawasan Kelapa Gading, Jakarta dipenuhi dengan beras. Karung-karung itu tersusun rapi, menjulang tinggi hampir menyentuh langit-langit. Ini hanya salah satu dari 1.647 unit gudang Bulog yang tersebar di seluruh Indonesia.

Beras tersebut merupakan hasil pengadaan Bulog, yang ditujukan untuk menjaga ketersediaan dan menstabilkan harga pangan di tingkat konsumen dan produsen. Ini sesuai dengan amanat Peraturan Presiden nomor 48 tahun 2016 tentang Penugasan Kepada Perusahaan Umum (Perum) Bulog dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional.

Hingga 20 April 2021, Bulog pun sudah memiliki stok beras sebanyak 1,19 juta ton. Angka ini sesuai dengan arahan rapat koordinasi terbatas yang menugaskan Bulog menjaga stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di kisaran 1 juta ton hingga 1,5 juta ton.

Sementara, penyerapan beras pun terus berjalan. Sejak awal tahun hingga saat ini, Bulog sudah menyerap beras hingga 448.000 ton. Bila dihitung, realisasi pengadaan ini sekitar 32% dari target pengadaan beras Bulog yang sekitar 1,4 juta ton tahun ini.

Baca Juga: Pastikan ketersediaan daging, Bulog gelar operasi pasar daging beku

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menegaskan bahwa pihaknya terus menjalankan tugasnya untuk menyerap gabah/beras petani. Terlebih di tengah masa panen.

"Kami akan terus menyerap, dimana sekarang setiap hari rata-rata kita menyerap 10.000 ton setiap hari," kata Budi bulan lalu.

Penyerapan gabah/beras petani ini pun memiliki ketentuan tersendiri. Seperti diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan nomor 24 tahun 2020 tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah untuk Gabah atau Beras, gabah/beras yang diserap Bulog harus memenuhi syarat dengan harga pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan.

Untuk harga pembelian gabah kering panen di tingkat petani misalnya, ditetapkan Rp 4.200 per kg dengan kualitas kadar air paling tinggi 25% dan kadar hampa/kotoran paling tinggi 10%.

Budi mengatakan, pengadaan gabah/beras oleh Bulog ini tak menyimpang dari aturan yang ada. Sehingga, ketika harga gabah di tingkat petani berada di bawah HPP, Bulog tetap menyerap dengan harga yang ditetapkan.

"Bila mana harga di bawah HPP, itulah tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini Bulog untuk membeli, kita harus selalu berpihak pada petani. Bagaimanapun petani harus diuntungkan," ujar Budi.

Tak hanya menyerap beras untuk menjaga cadangan pangan, Bulog pun turut melakukan penjualan beras kepada masyarakat. Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaluddin Iqbal menjelaskan, ini sebagai upaya untuk menjaga pasokan di tingkat konsumen.

Dia juga menjelaskan, biasanya di tengah panen seperti saat ini, penjualan beras Bulog ke masyarakat akan mengalami penurunan. Dia menuturkan, ini mengindikasikan bahwa stok beras di masyarakat masih cukup besar.

"Sebetulnya, pembelian dan penjualan beras itu bisa menjadi indikator bagaimana kondisi supply maupun kondisi stok beras di masyarakat atau di pasar," kata Iqbal.

Sejauh ini, Bulog pun sudah merealisasikan penyaluran beras untuk operasi pasar CBP sebesar 141.000 ton, untuk tanggap darurat 1.924 ton dan golongan anggaran 24.000 ton.

Baca Juga: Transformasi Bulog dari penyalur beras raskin hingga jual beras premium

Tak hanya amankan beras

Tak hanya mengamankan ketersediaan dan stabilisasi harga beras, bila mengacu pada Perpres 48 tahun 2016, Perum Bulog juga ditugaskan untuk menjaga ketersediaan jagung dan kedelai.

Bulog pun turut menjaga ketersediaan dan menstabilkan jenis pangan lainnya seperti gula, minyak goreng, tepung terigu, bawang merah, cabai, daging sapi, daging sapi, daging ayam ras dan telur ayam.

"Kalau untuk menjaga komoditas di luar tiga itu [beras, jagung, kedelai], itu tergantung penugasan, yakni Kementerian BUMN," terang Awaludin.

Seperti tahun ini, Bulog pun diperintahkan untuk turut mengamankan pasokan dan harga daging sapi/kerbau. Dalam beberapa hari ini, Bulog pun sudah menggelar operasi pasar dengan menjual daging beku senilai Rp 80.000 per kg. Kegiatan ini pun bisa diperpanjang sesuai dengan kebutuhan dan antusias masyarakat.

Baca Juga: Bulog sudah datangkan 4.000 ton daging kerbau

Lebih lanjut, Awaluddin pun menegaskan bahwa pasokan beras dan daging dalam kondisi aman hingga Lebaran nanti, dengan begitu dia pun mengatakan saat ini penting untuk menjaga faktor psikologis pasar.

"Paling tidak beras dan daging aman, daging datang terus, kemudian beras Insya Allah apalagi saat ini posisinya bersamaan dengan panen,. Jadi dari sisi supply dan demand aman, sehingga kita menjaga faktor psikologi pasar saja," kata Awaluddin.

Tantangan jalankan peran

Pengamat Pertanian Husein Sawit mengatakan, Bulog mengemban tiga tugas yakni melindungi petani dengan instrumen pengadaan dalam negeri dengan target HPP, memupuk stok CBP yang memadai, dan mengintervensi pasar operasi pasar atau Ketersediaan Pasokan dan Stabilitas Harga (KPSH).

Menurut Husein, ketiga tugas publik tersebut harus saling berjalan dan saling terkait yang harus pula diikuti dengan kebijakan pemerintah yakni penyaluran beras yang memadai, adanya mekanisme baku apabila Bulog kelebihan stok akhir CBP, serta pasar beras yang harus berjalan sesuai dengan mekanisme pasar.

Sayangnya, Husein juga menilai, kebijakan pemerintah dalam tiga tahun terakhir telah membuat Bulog terkungkung dan tidak terlihat perannya secara signifikan. Dia pun menyebutkan berbagai penyebabnya.

Pertama, adanya peralihan pendanaan CBP dari pra-bayar ke pascabayar. Menurutnya, ini menyebabkan Bulog harus menanggung biaya ketika banyak beras turun mutu lantaran stok awal CBP tinggi sementara penyalurannya yang terbatas sejak 2018-2020.

Baca Juga: Wadirut sebut Bulog sebagai operator bukan Badan Pangan Nasional

“Semua beban tersebut ditanggung Bulog, tidak ada kementerian yang turun tangan untuk menolongnya, masing-masing kementerian/lembaga cari aman sendiri dan tidak terintegrasi,” ujarnya kepada Kontan.co.id

Kedua, dia juga menilai penerapan HET Satgas Pangan yang garang sejak akhir 2017 membuat para pelaku usaha tiarap dan banyak penggilingan padi kecil yang merugi dan menutup usahanya.

Ini menyebabkan daya serap pasar gabah terhambat sehingga harga gabah tertekan rendah. Menurutnya, saat itu jadi waktu bagi Bulog menyetok lebih banyak pasokan beras, tetapi terhambat insentif yang rendah. Bila diserap lebih banyak pun, tidak ada outlet penyaluran, mengingat penyaluran terbesar hanyalah melalui KPSH.

Lebih lanjut, dia juga menyebut intervensi Bulog melalui KPSH tidak ramah pasar. Pasalnya, intervensi ini dilakukan secara harian dan turut dilakukan saat panen raya, ini pulalah yang membuat pasar gabah semakin lesu.

Perlu reorientasi peran Bulog

Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas pun mengaku sulit menilai apakah Bulog sudah berhasil menjaga ketersediaan dan menstabilkan harga pangan. Apalagi, banyak faktor yang menentukan keberhasilan ini.

Meski begitu, supaya Bulog bisa menjalankan tugas dengan maksimal, Dwi pun menilai bahwa pemerintah perlu melakukan reorientasi atas peran Bulog.

Dia berpendapat, pemerintah perlu menegaskan kembali apa peran Bulog, apakah perusahaan ini bertujuan sebagai lembaga komersial yang fokus pada pengadaan beras dan berorientasi profit atau  diminta untuk tetap menstabilkan harga saat paceklik, menyerap beras demi kesejahteraan petani bahkan memelihara stok beras yang ada.

Baca Juga: Dirut Bulog Buwas keputusan soal beras turun mutu ditetapkan lewat rakortas

Dia berpendapat, hal ini perlu dilakukan mengingat saat ini Bulog pun sudah kehilangan saluran penyaluran beras seperti rastra. Program yang berubah menjadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) itu membuat pemenuhannya tak lagi dilakukan oleh Bulog.

"Jadi di sini saya sebut perlu reorientasi peran Bulog, kalau Bulog tetap diminta menjalankan fungsi semula, Bulog menjadi Bulog masa lalu saja, jangan dituntut untung tapi membantu menyejahterakan petani. Kalau untuk melakukan fungsi itu, Bulog pasti ada trade off," tandas Dwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×