kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bulog usul impor untuk redam kenaikan harga, APTRI: Stok gula masih cukup


Senin, 24 Februari 2020 / 21:24 WIB
Bulog usul impor untuk redam kenaikan harga, APTRI: Stok gula masih cukup
ILUSTRASI. Pekerja memperlihatkan produksi gula di PTPN XI Pabrik Gula (PG) Panji, Situbondo, Jawa Timur.


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan ini, harga gula di pasaran mulai meningkat. Melihat hal tersebut, Perum Bulog mengusulkan kepada pemerintah agar mereka ditugasi utuk melakukan impor gula kristal putih, khususnya menjelang puasa dan lebaran demi menekan harga gula di pasaran.

Menanggapi usulan ini, Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN APTRI) M. Nur Khabsyin menyatakan, pemerintah tidak perlu melakukan impor gula konsumsi (GKP) sebanyak 200.000 ton.

Pasalnya, kata Nur, harga eceran gula yang saat ini berkisar antara Rp 14.000-Rp 15.000/kg masih berada dalam batas wajar. Hal ini dikarenakan kenaikan harga gula.

Baca Juga: Harga sejumlah komoditas pangan naik, kinerja Menteri Perdagangan disorot

"(Kenaikan harga) menurut kami masih wajar, karena kenaikannya cuma Rp 1000-Rp 2000/kg, apalagi jika dibandingkan dengan bawang putih atau daging yang kenaikannya saja bisa di atas Rp 30.000/kg," ujar Nur di dalam keterangan tertulis, Senin (24/2).

Kemudian, Nur mengatakan bahwa saat ini stok gula masih mencukupi hingga masa panen selanjutnya. Ditambah, masih ada sisa stok akhir tahun 2019 lalu sebanyak 1,080 juta ton dan sudah ada impor GKP pada akhir tahun lalu sebanyak 270.000 ton yang sangat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi awal tahun 2020.

"Jadi, stok awal tahun 2020 ada sebanyak 1,350 juta ton. Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan di bulan Januari-Mei 2020, karena kebutuhan gula konsumsi per bulan rata-rata hanya 230.000 ton secara nasional. Jadi 5 bulan kira-kira butuh 1,150 juta ton," jelasnya.

Lebih lanjut, Nur mengungkapkan sudah jadi kebiasaan apabila menjelang musim panen atau giling tebu, harga gula selalu mengalami kenaikan. Cara ini, kata Nur, memang sengaja dilakukan agar pemerintah dapat melakukan impor gula.

Musim giling akan segera dimulai pada bulan Maret atau April untuk wilayah Sumatra, dan pada bulan Mei untuk pulau Jawa.

Baca Juga: Permintaan impor gula kristal putih (GKP) Bulog akan dibahas lewat rakor

Nur juga mengungkapkan bahwa pada saat musim giling tahun 2019 lalu, Bulog tidak membeli gula dari para petani. Jadi, menurut Nur, permintaan Bulog untuk melakukan impor dinilai kurang tepat.

"Ke mana Bulog saat petani membutuhkan untuk membeli gula tani? Karena pada saat awal sampai puncak musim giling tahun 2019 lalu pun, gula tani hanya laku Rp 10.000-Rp 10.500/kg," kata Nur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×