Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung Cirata yang dilakukan PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB), anak usaha PT PLN (Persero) terus digenjot. Terlebih, ini akan menjadi salah satu PLTS terbesar di dunia.
Sekretaris Perusahaan PJB Muhammad Bardan mengungkapkan, konsorsium PLTS Cirata terus melanjutkan tahapan proyek sesuai dengan koridor waktu yang sudah disepakati dengan pihak pembeli. Kata dia, hal tersebut dikerjakan sembari mempertimbangkan dampak dari pandemi Covid-19.
Saat ini proyek PLTS Cirata sedang dalam tahap memenuhi persyaratan untuk tercapainya pendanaan atau Financial Closing (FC). "Saat ini sedang negosiasi insentif pendanaan dengan potensial lender. Targetnya financial close Mei 2021," kata Bardan saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (19/8).
Baca Juga: Pengembangan EBT masih minim, begini strategi PLN capai target
Konsorsium PLTS Cirata merupakan kerjasama antara PJB melalui anak usahanya, PT PJB Investasi dengan perusahaan energi asal Uni Emirat Arab, Masdar. PJB Investasi memiliki porsi saham sebesar 51% sedangkan 49% sisanya dimiliki Masdar. Adapun investasi untuk proyek PLTS terapung berkapasitas 145 MWAc ini mencapai Rp 1,8 triliun.
Setelah pendanaan terkumpul, sambung Bardan, proyek PLTS Cirata akan memulai tahap konstruksi atau Engineering Procurement Construction (EPC). Menurut dia, konstruksi akan dikerjakan secara sekaligus yang rencananya dimulai setelah Mei 2021.
Periode EPC dijadwalkan berlangsung selama 18 bulan sehingga diproyeksikan rampung pada November 2022 dan bisa beroperasi komersial atau Commercial Operating Date (COD).
"(Setelah beroperasi) listrik dari proyek PLTS ini akan disalurkan ke dalam Gardu Induk 150 kV Cirata," imbuh Bardan.
Selain itu, harga listrik dari PLTS terapung pertama di Indonesia ini diklaim sangat kompetitif. Berdasarkan perjanjian jual beli listrik atau Power Purchase Agreement (PPA), harga setrum dari PLTS Cirata sebesar US$ 5,8 per kilowatt hour (kWh).
"Harga PLTS ini merupakan harga yang sangat kompetitif bagi konsorsium dan ini memenuhi komitmen untuk memberikan yang terbaik untuk PLN," sebut Bardan.
PLTS Cirata ini diharapkan dapat menjadi pioner pengembangan PLTS terapung yang dapat dikembangkan di waduk lain di wilayah Indonesia. Menurut Bardan, proyek PLTS yang berlokasi di Waduk Cirata, Jawa Barat ini merupakan salah satu PLTS terbesar di dunia.
Baca Juga: RUPTL 2020-2029 sedang disusun, IESR: Perlu dorong pembangkit EBT, kurangi PLTU
"Untuk kategori PLTS floating single proyek yang dibangun sekaligus, tidak bertahap, ini menjadi yang terbesar di dunia," kata Bardan.
Sebagai informasi, penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) untuk PLTS terapung Cirata sebenarnya sudah digelar sejak 16 Januari 2017 antara pemerintah Indonesia dan Uni Emirat Arab dalam kerjasama energi. Selanjutnya, PJB Investasi dan Masdar meneken Consortium Agreement pada 14 November 2019.
Penandatanganan kontrak jual beli listrik (PPA) berlangsung pada 12 Januari 2020 antara PLN dan konsorsium PJB Investasi- Masdar. Baru pada 7 Juli 2020 didirikan special purpose company PT Pembangkitan Jawa-Bali Masdar Solar Energi (PT PMSE). PPA pun mulai berlaku efektif sejak 12 Juli 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News