kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   2.000   0,10%
  • USD/IDR 16.378   49,00   0,30%
  • IDX 7.859   -31,86   -0,40%
  • KOMPAS100 1.103   -7,60   -0,68%
  • LQ45 822   -6,76   -0,82%
  • ISSI 265   -0,92   -0,35%
  • IDX30 425   -3,33   -0,78%
  • IDXHIDIV20 494   -1,99   -0,40%
  • IDX80 124   -0,75   -0,60%
  • IDXV30 131   0,35   0,27%
  • IDXQ30 138   -0,83   -0,60%

Celios: Daya Beli Lemah Bisa Picu Konsumen ‘Rochaja’ di E-Commerce


Jumat, 22 Agustus 2025 / 19:07 WIB
Celios: Daya Beli Lemah Bisa Picu Konsumen ‘Rochaja’ di E-Commerce
ILUSTRASI. Warga mencari barang di lokapasar atau marketplace, Depok, Jawa Barat, Jumat (5/1/2023). ANTARA FOTO/Mecca Yumna/sgd/YU. CELIOS menilai ada beberapa faktor yang mempengaruhi naiknya jumlah transaksi online di e commarce pada semester I-2025.


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi e-commerce mencapai Rp 44,4 triliun pada Juli 2025. 

Angka ini tumbuh 6,41% secara tahunan (year on year/YoY) dan meningkat 2,32% dibanding bulan sebelumnya (month to month/MtM).

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda menilai ada beberapa faktor yang mendorong kenaikan transaksi. 

Pertama, fenomena rohana (rombongan hanya nanya) dan rojali (rombongan jarang beli) di toko offline yang membuat masyarakat lebih memilih bertransaksi di e-commerce

Baca Juga: Bukalapak Soroti Dampak Pembatasan Roblox pada Bisnis Produk Digital

“Orang biasanya hanya melihat barang di toko fisik, tapi membeli secara online dengan harga yang lebih murah,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (22/8/2025).

Selain itu, pola konsumsi masyarakat juga telah bergeser ke online. 

“Orang sudah terbiasa berbelanja lewat e-commerce sehingga pertumbuhannya masih terjaga,” tambah Nailul.

Meski demikian, ia memperkirakan pertumbuhan e-commerce ke depan akan tetap tumbuh namun cenderung melambat. 

Hingga akhir 2025, kenaikannya diproyeksikan hanya sekitar 0,2%–0,5%. Salah satu penyebabnya adalah tergerusnya daya beli masyarakat. 

“Jika daya beli melemah, bukan hanya rojali dan rohana yang terjadi di perdagangan offline, tapi bisa juga muncul rochaja (rombongan chat aja) di e-commerce,” kata Nailul.

Terkait kebijakan pajak e-commerce, Nailul menilai dampaknya tidak akan terlalu besar.

Menurutnya, sebagian konsumen mungkin akan beralih ke media sosial seperti Instagram atau Facebook yang bebas pajak dan biaya tambahan. 

Namun, pergeseran ini tetap menghadapi tantangan dari sisi kepercayaan dan keamanan transaksi.

Baca Juga: Strategi Tokopedia–TikTok Shop Genjot Transaksi pada Tahun 2025

Selanjutnya: Saham Melesat Ratusan Persen, Begini Penjelasan Manajemen Futura Energi Global (FUTR)

Menarik Dibaca: Begini Cara Mulai Bisnis Dropship Tanpa Modal untuk Pemula, Mau Coba?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×