kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.340.000   -1.000   -0,04%
  • USD/IDR 16.712   -13,00   -0,08%
  • IDX 8.570   155,90   1,85%
  • KOMPAS100 1.188   24,76   2,13%
  • LQ45 863   17,67   2,09%
  • ISSI 300   6,15   2,09%
  • IDX30 447   6,81   1,55%
  • IDXHIDIV20 518   8,17   1,60%
  • IDX80 134   2,95   2,26%
  • IDXV30 137   1,51   1,12%
  • IDXQ30 143   2,38   1,69%

Celios: Daya Beli Lemah Bisa Picu Konsumen ‘Rochaja’ di E-Commerce


Jumat, 22 Agustus 2025 / 19:07 WIB
Celios: Daya Beli Lemah Bisa Picu Konsumen ‘Rochaja’ di E-Commerce
ILUSTRASI. Warga mencari barang di lokapasar atau marketplace, Depok, Jawa Barat, Jumat (5/1/2023). ANTARA FOTO/Mecca Yumna/sgd/YU. CELIOS menilai ada beberapa faktor yang mempengaruhi naiknya jumlah transaksi online di e commarce pada semester I-2025.


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi e-commerce mencapai Rp 44,4 triliun pada Juli 2025. 

Angka ini tumbuh 6,41% secara tahunan (year on year/YoY) dan meningkat 2,32% dibanding bulan sebelumnya (month to month/MtM).

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda menilai ada beberapa faktor yang mendorong kenaikan transaksi. 

Pertama, fenomena rohana (rombongan hanya nanya) dan rojali (rombongan jarang beli) di toko offline yang membuat masyarakat lebih memilih bertransaksi di e-commerce

Baca Juga: Bukalapak Soroti Dampak Pembatasan Roblox pada Bisnis Produk Digital

“Orang biasanya hanya melihat barang di toko fisik, tapi membeli secara online dengan harga yang lebih murah,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (22/8/2025).

Selain itu, pola konsumsi masyarakat juga telah bergeser ke online. 

“Orang sudah terbiasa berbelanja lewat e-commerce sehingga pertumbuhannya masih terjaga,” tambah Nailul.

Meski demikian, ia memperkirakan pertumbuhan e-commerce ke depan akan tetap tumbuh namun cenderung melambat. 

Hingga akhir 2025, kenaikannya diproyeksikan hanya sekitar 0,2%–0,5%. Salah satu penyebabnya adalah tergerusnya daya beli masyarakat. 

“Jika daya beli melemah, bukan hanya rojali dan rohana yang terjadi di perdagangan offline, tapi bisa juga muncul rochaja (rombongan chat aja) di e-commerce,” kata Nailul.

Terkait kebijakan pajak e-commerce, Nailul menilai dampaknya tidak akan terlalu besar.

Menurutnya, sebagian konsumen mungkin akan beralih ke media sosial seperti Instagram atau Facebook yang bebas pajak dan biaya tambahan. 

Namun, pergeseran ini tetap menghadapi tantangan dari sisi kepercayaan dan keamanan transaksi.

Baca Juga: Strategi Tokopedia–TikTok Shop Genjot Transaksi pada Tahun 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×