kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Charoen Pokphand (CPIN) dorong pengembangan sistem peternakan closed house


Rabu, 16 Oktober 2019 / 16:31 WIB
Charoen Pokphand (CPIN) dorong pengembangan sistem peternakan closed house
ILUSTRASI.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) terus berupaya meningkatkan pengembangan sistem pembangunan kandang ayam close house untuk meningkatkan efisiensi di produk perunggasan. Saat ini, sekitar 30% peternakan yang dikelola CPIN bersama para mitranya telah menggunakan sistem peternakan closed house.

Presiden Direktur Charoen Pokphand Thomas Effendy mengatakan, pengembangan peternakan sistem closed house saat ini mendesak dilakukan. Hal ini untuk meningkatkan efisiensi industri peternakan. Kalau efisien maka otomatis harga ayam di pasar lebih bersaing dengan produk impor.

Baca Juga: Sektor Manufaktur Tertekan, Cari Saham yang Defensif

Untuk itu, sejauh ini Charoen Pokphand menghibahkan 10 close house ke 10 Universitas yang ada di Indonesia. Dari jumlah itu tujuh close house sudah dibangun di tujuh universitas yakni antara lain Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas Sudirman, Universitas Hasanuddin, Universitas Lampung dan Universitas Andalas serta Institut Teknologi Bandung (ITB).

Sementara ada tiga perguruan tinggi yang juga sudah menandatangani MoU untuk pembangunan peternakan closed house yakni Universitas Udayana, Universitas Brawijaya dan Universitas Sebelas Maret (UNS). 

Untuk setiap kandang yang dibangun dapat menampung 20.000 ekor ayam, kecuali yang UGM hanya menampung 6.000 ekor dan Universitas Lampung menampung 3.000 aekor ayam. "Kita membangun peternakan close house itu sesuai dengan ukurang tanah yang disiapkan, dan kami wajibkan tanahnya ada di dalam kampus, sehingga yang dua terakhir, tanahnya kecil sehingga yang dibangun lebih kecil," ujar Thomas, Rabu (16/10).

Baca Juga: Harga melonjak, catat PER, EPS dan PBV saham emiten poultry dan ayam, Senin (14/10)

Thomas menjelaskan, untuk setiap kandang, mereka menggelontorkan investasi sebesar Rp 2 miliar. Anggaran tersebut beradal dari dana CSR perusahaan untuk membantu meningkatkan lahirnya ahli-ahli peternakan yang memahami cara berternak dengan sistem close house. Karena menurutnya, tidak mudah melakukan peternakan sistem clsoe house karena semua alatnay sudah modern dan tersistem dengan jelas.

Menurutnya keunggulan peternakan close house adalah tingkat produksinya lebih pasti yakni sekitar 30 hari dengan rata-rata berat badan 1,7 kilgoram (kg) hingga 1,8 kg.Sementara di peternakan terbuka rata-rata baru bisa dipanen 35 hari dengan berat lebih rendah. Kemudian tingkat kematian ayam lebih rendah yakni 3% ke bawah. Sementara di sistem peternakan terbuka tingkat kematian mencapai 5% ke atas.

Sementara yang menjadi persoalan saat ini adalah, tenaga-tenaga yang siap bekerja di peternakan dengan sistem close house ini masih terbatas. Padahal sistem peternakan ini merupakan peternakan padat modal. 

Baca Juga: 10 analis proyeksi IHSG masih akan menguat pada perdagangan hari ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×