Reporter: Emir Yanwardhana, Mimi Silvia, Revita Rita Rani | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Peta persaingan bisnis elektronik konsumen dunia berubah. Dominasi perusahaan Jepang di bisnis elektronik yang sempat menggeser pabrikan Eropa kini semakin memudar. Sebagai gantinya, elektronik China dan Korea Selatan berkibar.
Yang terbaru: produsen elektronik Jepang Toshiba memutuskan menjual pabrik televisi dan mesin cucinya di Indonesia ke perusahaan China, Skyworth (baca Harian KONTAN, 14 Desember 2015). Toshiba melepas pabriknya di Indonesia dengan imbalan 3 miliar yen atau setara US$ 25 juta.
Skyworth juga mendapatkan izin untuk meneruskan merek Toshiba di pasar Asia, kecuali di China. "Penyelesaian transaksi akan dilakukan Maret 2016," ujar pernyataan resmi Toshiba, Senin (21/12).
Aksi pencaplokan perusahaan Jepang oleh investor China bukan kali pertama. Sebelumnya, Haier Group dari China mengakuisisi perusahaan elektronika Jepang, Sanyo Electric. Padahal, seperti Toshiba, Sanyo juga memiliki akar bisnis yang cukup kuat di Indonesia. Selain mereka, perusahaan elektronik China lain yakni TPV Technology juga mengakuisisi 70% saham bisnis TV Philips, Belanda.
Ali Soebroto Oentaryo, Ketua Gabungan Elektronik (Gabel) menyebut, sederet aksi akuisisi investor China jadi tanda peralihan bisnis elektronik dari Jepang ke China. "Peta bisnis elektronik memang bergeser," kata Ali ke KONTAN, Selasa (22/12).
Banyak sebab terjadinya pergeseran. Toshiba misalnya, karena terseret skandal akuntansi yang membuat perusahaan itu harus menjual pabriknya, termasuk yang ada di Indonesia. Pasar elektronik Jepang juga terdesak penetrasi pasar China yang kian masif lantaran harga yang murah. Kian terdesak karena pabrikan elektronik Korea Selatan juga ikur merangsek ke pasar dengan produk andalan Samsung dan LG.
Hanya, para pebisnis elektronik yakin pabrikan China atau Korea tak serta-merta bisa mendominasi pasar lokal.Apalagi, masih ada perusahaan elektronik Jepang lain di Indonesia yang punya pasar kuat yakni Sharp Elektronik dan Panasonic.
Heru Santoso, Associate Executive Director Panasonic Gobel Indonesia bilang, peralihan pabrik Toshiba ke Skyworth bukan ancaman, tapi justru tantangan. Toh, imbuh Santo Kadarusman, Public Relation and Marketing Event Manager PT Hartono Istana Teknologi yakin, kualitas jadi taruhan. "Heboh motor dan ponsel China akhirnya juga tenggelam," ujarnya.
I Gusti Putu Suryawirawan, Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika, Kemprin juga tak masalah adanya pengalihan pemilikan. "Toh, pabriknya masih tetap beroperasi," kata Putu, Selasa (22/12). Dengan begitu, pemutusan hubungan kerja tidak mengancam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News