Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen sawit, PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) bersiap menuai hasil dari ekspansi berupa pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) kedua di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Direktur Cisadane Sawit Raya Seman Sendjaja mengatakan, saat ini CSRA mulai melakukan uji coba operasional PKS ke-2 di Tapanuli Selatan yang berkapasitas 45 ton per jam. Jika tak ada aral melintang, PKS ini akan beroperasi penuh secara komersial pada Juni 2023 mendatang.
Manajemen CSRA menggelontorkan dana sekitar Rp 150 miliar untuk pengembangan pabrik tersebut. "Seluruh dana untuk membangun pabrik berasal dari kas internal kami sendiri," ujar dia dalam paparan publik, Selasa (16/5).
Sebelumnya, CSRA sudah memiliki PKS di Labuhan Batu, Sumatera Utara yang juga berkapasitas produksi 45 ton per jam. Pabrik ini juga baru diperbaiki oleh CSRA.
Baca Juga: Cisadane Sawit Raya (CSRA) Waspadai Tren Harga CPO dan Fenomena El Nino Tahun Ini
Dalam hal ini, CSRA melakukan pergantian sejumlah mesin lama dengan mesin baru yang lebih canggih, sehingga diharapkan pabrik tersebut dapat lebih produktif dan efisien. Pihak CSRA merogoh kocek sekitar Rp 30 miliar sampai Rp 35 miliar untuk perbaikan PKS di Labuhan Batu.
Dengan adanya PKS ke-2 sekaligus perbaikan pada PKS ke-1, diharapkan pendapatan CSRA dari segmen bisnis crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit akan meningkat signifikan.
Tahun lalu, kontribusi pendapatan bisnis CPO CSRA tercatat sebesar 49% dari total pendapatan perusahaan yakni sebesar Rp 970,6 miliar.
"Kami harap beberapa waktu ke depan pendapatan dari bisnis CPO bisa 70% atau 80%," imbuh Seman.
Sebenarnya, CSRA memiliki rencana ekspansi berikutnya yakni membangun PKS ke-3 di Sumatera Selatan. Namun, proyek ini tampaknya akan ditunda pengerjaannya setidaknya satu atau dua tahun mendatang.
Sebab, CSRA memilih fokus untuk memperkuat arus kas dan mempertahankan produktivitas kebun sawit yang ada pada tahun ini. Maklum, laju pertumbuhan harga CPO tahun ini tidak lagi sekencang tahun lalu, meski potensi kenaikan harga tetap ada.
Selain itu, CSRA juga tengah mewaspadai potensi kemarau berkepanjangan akibat fenomena El Nino yang diprediksi terjadi pada semester kedua 2023.
Baca Juga: Laba Bersih Triputra Agro (TAPG) Tumbuh 158% pada Tahun 2022
"Kami mewaspadai tantangan-tantangan yang ada saat ini, sehingga ekspansi mungkin perlu ditunda," tandas dia.
Sebagai catatan, CSRA memiliki total lahan tertanam seluas 20.095,9 hektare per kuartal I-2023 yang berada di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 17.767,8 hektare lahan CSRA sudah berstatus menghasilkan sedangkan 2.338,1 hektare lainnya belum menghasilkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News