kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Conrad, kontraktor migas asal Singapura temukan potensi migas jumbo di Natuna


Kamis, 28 Mei 2020 / 14:30 WIB
Conrad, kontraktor migas asal Singapura temukan potensi migas jumbo di Natuna
ILUSTRASI. Conrad Petroleum


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Perusahaan minyak dan gas bumi asal Singapura Conrad Petroleum Ltd yang merupakan operator Blok Duyung menemukan potensi migas jumbo di Natuna, tepatnya di Cekungan Natuna Barat.

PSC Duyung PSC berada di lepas pantai Indonesia, adapun penemuan sumber daya tersebut diketahui dari hasil studi internal subsurface dan audit independen sumber daya lapangan gas Mako yang terletak di dalam lisensi.

Baca Juga: Medco Energi (MEDC) masih merugi US$ 27,34 juta di 2019

Penemuan peningkatan sumber daya migas ini terjadi setelah pengeboran yang berhasil diselesaikan pada akhir 2019, saat itu Conrad melakukan tinjauan lapangan secara internal dan komprehensif yang selesai pada April 2020.

Tinjauan tersebut mencakup seluruh aspek subsurface dan surface dari pengembangan lapangan dan menunjukkan volume sumber daya keseluruhan yang secara signifikan lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya, bersama dengan potensi tingkat produksi harian yang lebih tinggi untuk dry gas berkualitas tinggi.

Selanjutnya, Perusahaan menggunakan Gaffney Cline and Associates (GCA) untuk melakukan audit independent sumber daya Lapangan Gas Mako. Dalam audit GCA, tertanggal 22 Mei 2020, mengkonfirmasi estimasi sumber daya internal Conrad dan memberikan peningkatan signifikan untuk Lapangan Gas Mako dibandingkan dengan audit mereka sebelumnya pada Januari 2019.

Estimasi sumber daya 2C (kontingen) recoverable telah meningkat menjadi 495 Bcf, peningkatan sekitar 79% dibandingkan dengan audit 2019. Sebaliknya, sumber daya 3C (kontingen) telah meningkat sekitar 108% dibandingkan dengan audit 2019.

Baca Juga: Laut China Selatan memanas: ASEAN memilih diplomasi, Vietnam paling vokal

Dengan pembaruan terkini, Mako telah terbukti menjadi salah satu lapangan gas terbesar yang pernah ditemukan di Cekungan Natuna Barat, dan sejauh ini merupakan sumber daya terbesar yang belum dikembangkan di daerah terdekat.

Revisi estimasi gross (full field) recoverable dry gas yang diaudit pada Mei 2020 oleh GCA adalah:

Estimasi Sumber Daya Januari 2019 GCA Audit Mei 2020 GCA Audit Kenaikan
Satuan Bcf Bcf %
1LC (Low Case) 184 287 56
2LC (Mid Case) 276 495 79
3LC (High Case) 392 817 108

Sumber daya diatas diklasifikasikan dalam GCA audit Mei 2020 sebagai kontingen. Volume gas diharapkan dapat ditingkatkan menjadi cadangan apabila pencapaian komersial tertentu tercapai, termasuk pelaksanaan perjanjian penjualan gas dan keputusan investasi akhir atau final investment decision (FID).

Miltos Xynogalas, CEO Conrad Petroleum Ltd mengungkapkan, hasil audit GCA sangat memuaskan tidak hanya karena mereka mengkonfirmasi sumber daya besar dari Lapangan Mako, tetapi juga karena mereka mendukung pekerjaan teknis berkualitas tinggi yang dilakukan oleh Conrad.

Baca Juga: Pangkas anggaran militer, posisi Indonesia di Laut China Selatan rentan atas Tiongkok

Selama tiga tahun terakhir, perusahaan mengebor tiga sumur yang sukses dan melakukan berbagai studi teknis yang ketat. "Upaya kami, didukung oleh mitra usaha kami, telah membuktikan sumber daya bernilai tinggi dari akumulasi Mako dan telah membawa lapangan lebih dekat ke pengembangan," kata dia dalam keterangan tertulis ke Kontan.co.id, Kamis (28/5).

Kata dia, Ini adalah pencapaian luar biasa bagi perusahaan yang relatif muda seperti Conrad untuk dapat mengidentifikasi dan menghasilkan hampir 0,5 Tcf sumber daya gas di Mako, sumber daya yang dekat dengan infrastruktur yang ada dan pasar gas yang mapan.

"Perusahaan sekarang diposisikan untuk membawa proyek ke FID, pencapaian berikutnya dan sangat penting dalam peta kami menuju produksi.ungkap dia

Asal tahu saja, PSC Duyung mencakup sekitar 890 km2 di provinsi Kepulauan Riau, terletak di perairan lepas pantai Indonesia di Laut Natuna. Lokasi ini dekat dengan Sistem Transportasi Natuna Barat (WNTS), pipa gas alam yang menghubungkan tiga blok produksi di Laut Natuna ke Singapura.

WNTS saat ini memasok sekitar 0,4 miliar kaki kubik (Bcf) gas alam per hari ke Singapura. Conrad adalah operator dan memiliki 76,5% hak partisipasi di Duyung. Mitranya, Coro Energy Plc dan Empyrean Energy Plc, masing-masing memiliki 15% dan 8,5% partisipasi interes.

Baca Juga: Ini upaya SKK Migas dorong implementasi harga gas US$ 6 per MMBTU

Sedangkan Conrad Petroleum adalah perusahaan hulu minyak dan gas swasta yang berdomisili di Singapura dengan kantor pusat operasional di Jakarta, Indonesia. Perusahaan memiliki basis aset yang berfokus pada perairan dangkal di lepas pantai Indonesia, terutama menargetkan gas alam di dekat infrastruktur yang ada.

Conrad Petroleum adalah pemegang dan operator dari tiga Kontrak Bagi Hasil (PSC) di lepas pantai Indonesia: PSC Duyung (76,5% WI), PSC Offshore North X-Ray (100% WI) dan PSC Offshore Mangkalihat (100% WI).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×