kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.009.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.440   10,00   0,06%
  • IDX 7.802   65,52   0,85%
  • KOMPAS100 1.089   10,48   0,97%
  • LQ45 793   4,55   0,58%
  • ISSI 266   4,02   1,53%
  • IDX30 411   2,13   0,52%
  • IDXHIDIV20 477   2,24   0,47%
  • IDX80 120   1,29   1,08%
  • IDXV30 131   2,92   2,28%
  • IDXQ30 132   0,22   0,17%

Dampak Tarif AS, Industri Elektronik RI Dibayangi Serbuan Produk China


Senin, 07 April 2025 / 14:38 WIB
Dampak Tarif AS, Industri Elektronik RI Dibayangi Serbuan Produk China
ILUSTRASI. Kebijakan tarif tinggi Amerika Serikat terhadap produk asal China berpotensi mendorong lonjakan impor barang elektronik China ke Indonesia.


Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) menilai kebijakan tarif tinggi Amerika Serikat terhadap produk asal China berpotensi mendorong lonjakan impor barang elektronik dari Negeri Tirai Bambu tersebut ke Indonesia. 

Kebijakan tersebut memaksa produsen China mencari pasar alternatif, termasuk Indonesia yang dianggap cukup besar dan potensial.

"Logikanya, pasar Amerika itu pasar terbesar China. Saat market tersebut dikenakan tarif, maka mereka mau tidak mau harus membuang kapasitas. Indonesia jadi salah satu incaran karena pasarnya besar," ujar Wakil Ketua Umum Gabel Dharma Surjaputra kepada Kontan, Senin (7/4).

Baca Juga: Negosiasi Tarif dengan Trump, Pemerintah Bakal Naikkan Impor Gandum dan Migas dari AS

Dharma menyebut jenis produk elektronik yang berpotensi membanjiri pasar lokal sangat beragam, mulai dari peralatan rumah tangga (home appliances) hingga produk elektronik konsumen seperti televisi. 

Produk dengan nilai tinggi namun volume kecil dinilai sebagai kategori paling rawan bersaing dengan barang impor.

Ia mengingatkan bahwa kondisi industri saat ini sudah cukup tertekan akibat maraknya barang asal China yang masuk, baik secara legal maupun ilegal. Jika arus impor ini terus meningkat, risiko penurunan kapasitas produksi dan pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor elektronik dalam negeri akan sulit dihindari.

"Sekarang saja barang asal China sudah lumayan banjir. Kalau tidak dikendalikan, dampaknya akan makin parah, termasuk ancaman PHK," katanya.

Baca Juga: Impor China hingga Vietnam ke Indonesia Diprediksi Naik Tajam Imbas Tarif Trump

Menurut Dharma, pemerintah perlu menjaga iklim usaha yang kondusif agar industri tetap bertahan. 

"Biaya-biaya tambahan dari ormas harus diberantas, perizinan dipermudah," tegasnya.

Menanggapi usulan kebijakan safeguard atau bea masuk tambahan, Dharma mengaku pesimistis jika peredaran barang selundupan dari China tidak bisa ditertibkan. 

"Safeguard percuma kalau barang selundupan masih banyak beredar di mana-mana," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×